Tampilan mereka bertubuh tegap dan berambut cepak, kian meyakinkan publik bahwa benar sedang ada ekspansi pasukan kuning ke Indonesia. Kebanyakan rombongan pria yang direkam di sejumlah bandara itu tidak bisa berbahasa Indonesia.
Para pekerja Cina ini dilaporkan bekerja di berbagai sektor. Mulai infrastruktur, pertambangan, sektor pariwisata dan perhotelan, sampai di lahan pertanian, dan perkebunan.
Banyaknya pekerja Cina ini kemudian dikaitkan dengan kemungkinan kecurangan dalam pemilu. Jokowi disebut membutuhkan suara mereka untuk memenangkan Pilpres 2019.
Media massa melaporkan adanya sejumlah pekerja Cina memiliki e-KTP dan Nomor Induk Kependudukannya (NIK) masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) pemilu.
Bersamaan dengan itu di medsos juga beredar tutorial tata cara pemilihan dalam bahasa Cina. Video ini disebutkan diedarkan oleh kubu paslon 01. Ada logo 01 Jokowi-Ma’ruf dengan tagline “ orang baik, pilih orang baik.”
Informasi yang muncul di media dan medsos sesungguhnya merupakan percampuran antara rumor dan fakta. Dengan posisi Jokowi dan para pendukungnya telah kehilangan kredibilitas, publik cenderung lebih mempercayai informasi yang beredar. Ancaman uang dan pekerja Cina itu memang nyata.
Ini bukan salah publik. Tapi salah Jokowi dan para pendukungnya. Mereka banyak mengumbar data yang salah dan melebih-lebihkan ( over claimed ). Antara satu pejabat dengan pejabat lainnya pernyataannya saling bertentangan. Sementara Jokowi membantah data yang pernah dikemukakannya sendiri.
Fakta telanjang yang paling telak adalah bantahannya atas pernyataan Prabowo soal dana orang Indonesia yang parkir di luar negeri.
Angka yang disebut Prabowo sebesar Rp 11.000 triliun, bersumber dari Kemenkeu dan beberapa kali disampaikan Jokowi. Bukti rekamannya ada. Situs resmi kantor Sekretaris Kabinet www.setgab.go.id juga memuatnya.