Turunnya Presiden Tergantung Cara Naiknya

Oleh Michael Attarturk Sampurno –  Pemerhati Sejarah Kepemimpinan Nusantara.

Saya tiba-tiba ingat, potrait masa lalu Bung Karno diawal masa kemerdekaan bersama Dwitunggal Mohammad Hatta dari Minangkabau, gegap gempita bersama ephoria rakyat yang begitu haus akan sebuah nama kemerdekaan.

Soekarno-Hatta, adalah proklamator berdirinya bangsa bernama Indonesia. Soekarno sebagai presiden pertamanya, yang begitu sangat dielu-elukan rakyat, karena ciri khas pidatonya yang berapi-api membakar semangat bangsa Indonesia yang baru berdiri.

Namun, 20 tahun kemudian tiba-tiba semuanya berubah. Pasca kudeta gagal PKI (Partai Komunis Indonesia) pada tahun 1965. Figur dan sosok Soekarno yang awalnya begitu di elu-elukan, kondisinya berbalik arah 180 derjat. Menjadi tumpuan kemarahan masyarakat, karena dianggap terlalu membela dan menganak emaskan PKI yang jelas merusak dan mau merubah negara Indonesia yang berKeTuhanan Yang Maha Esa menjadi negara Komunis atas dukungan Peking dan Moskow.

Tahun 1945 di elu-elukan sebagai tokoh Proklamator, di tahun 1965 di buru-buru karena kudeta gagal PKI terhadap bangsa Indonesia.

Tiba-tiba saya teringat Soeharto. Dimana, pada tahun 1965 namanya muncul begitu harum dan juga dielu-elukan rakyat seluruh Nusantara. Karena dianggap atas keberaniannya, berhasil secara taktis dan strategis menumpas balik dan menggagalkan kudeta PKI di tahun 1965. Dimana tabiat PKI ketika itu sudah sangat meresahkan dan menakutkan. Melakukan teror, caci maki, dan menyebar kebencian terhadap apa saja yang berbau agama khususnya Islam.

Berbekal Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret), Mayjend Soeharto ketika itu di tunjuk sebagai Pangkokamtib (Pangkima Komando Keamanan dan Ketertiban), dan selanjutnya mulus mengatarkannya menjadi Presiden Indonesia ke-dua selama 32 tahun lamanya.

Nasib Soeharto hampir sama dengan pendahulunya Soekarno. Di elu-elukan pada tahun 1965, sebagai Jendral patriot penyelamat bangsa dari ancaman pemberontakan komunis, berubah 180 derjat di tahun 1998, menjadi sasaran kemarahan rakyat atas krisis moneter dengan isu KKN, sampai akhirnya Soeharto dengan gentleman mengundurkan diri dari jabatan Presiden melalui reformasi 98.

Tiba-tiba saya teringat Prof Eng BJ Habibie. Seorang genius yang namanya begitu harum sebagai ahli pesawat terbang didunia. Tak sampai setahun menjadi Wakil Presiden Soeharto, BJ Habibie lalu diangkat menjadi Presiden RI ke-3 melalui Sidang paripurna Istimewa MPR-RI. BJ Habibie yang di anggap anti tesa dari kepemimpinan Soeharto yang di cap militeristik, akhirnya juga tidak bertahan lama.