Eramuslim.com – Saya bilang, Ahok sudah habis masanya. Pertama, dia mantan terpidana kasus penistaan agama. Dan agama yang dinistakan itu dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia. Kedua, masalah keluarga yang terblok up media jadi isu yang sensitif buat kaum Hawa. Ketiga, dia kalah lawan Anies di Pilgub DKI. Sejarah biasanya berulang jika kompetitornya sama.
Jika Ahok dipaksakan muncul kembali dalam kontestasi politik, maka gelombang perlawanan akan bisa lebih besar dari aksi 212 dan Pilgub DKI 2017. Memori rakyat tak mudah lupa terhadap sesuatu yang sensitif, apalagi soal agama. Dan ini akan menguntungkan bagi Anies. Gegara Ahok, nama Anies berpotensi semakin naik dan banjir dukungan. Ahok seperti air yang menyiram pohon popularitas Anies yang sedang tumbuh sebagai rising star. Itu analisis yang saya kasih kepada teman saya, orang media TV itu.
Setelah Ahok keluar dari penjara, tak lama kemudian ia ke Jepang. Menikmati bulan madu dengan istri barunya. Cukup lama, hingga pilpres usai.
Saya sempat berpikir apakah rencana membranding Ahok seperti yang disampaikan seorang produser program berita TV itu sedang dioperasikan? Dugaan saya mengatakan iya.
Bersamaan dengan upaya branding Ahok, setiap hari kita disuguhi berbagai propaganda buzzer yang demikian aktif menyerang Anies. Soal IMB reklamasi, sampai lawatan Anies keluar negeri. Selain ritual demo di balaikota yang terus dilakukan oleh segelintir orang. Tentu, itu semua sulit dibayangkan tanpa ada sutradara dan penyandang biaya di belakangnya. Saat ini tak ada kepala daerah yang terus dicari-cari kelemahan dan kesalahannya secara masif seperti Anies.