Pertanyaannya apakah bisa dapat utang baru dengan yield 8,516%. Rasanya tidak mungkin ada investor asing yang murah hati dicampur bego mau meberikan utang kepada Indonesia dengan yield sekecil itu.
Mengapa? Karena depresiasi rupiah dalam satu tahun terakhir lebih rendah dari yield yang diterima investor. Investor rugi menanamkan dolarnya dalam surat utang pemerintah Indonesia.
Mari kita hitung. Sejak 12 september tahun 2017 kurs berada pada posisi Rp 13.178/USD. Hari ini 10 september 2018 kurs berada pada Rp 14.819/USD. Dengan demikian dalam setahun ini kurs melemah 12.45%. Investor rugi 3,934%.
Jadi cara memahami betapa parahnya keuangan pemerintah Indonesia sekarang ini adalah:
Pertama; pemerintah tidak akan sanggup bayar bunga utang dan cicilan utang pokok tanpa utang baru yang memadai.
Kedua; pemerintah tidak mungkin dapat utang baru yang memadai dikarenakan yield lebih rendah dari depresiasi rupiah, kecuali ada investor murah hati atau dungu. Rasanya itu tidak ada.
Ketiga; berarti pemerintah tidak dapat melanjutkan APBN, karena tidak ada uang. Bukankah Sri Mulyani naikin pajak? Mana ada sejarah pajak naik sementara pertumbuhan ekonomi turun. Itu langkah bunuh diri.
Jadi sebaiknya kita menonton saja pertarungan Jokowi melawan dolar sepanjang 2018 ini. Sebagai bentuk partisipasi, kita siapkan tandu dan ambulan untuk membawa pemerintahan ini ke UGD. Bangsa Indonesia tidak dapat memberi solusi pada ekonomi salah urus dan politik anggaran “pokoke”. [akt]
* Penulis: Salamuddin Daeng, Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)