“Saya mohon maaf, pidato seperti itu menunjukkan Presiden Widodo kerdil, karena pemilik tanah paling besar ada di sekitarnya. Kalau mau, semua tanah besar dibagikan kepada rakyat. Jadi jangan kerdil jadi Presiden. Makanya saya mulai kesal. Presiden itu the man of honor, orang yang sangat dihormati. Harusnya kebijakannya berlaku untuk semua, bukan orang per orang,” papar Rizal Ramli.
RR benar. Presiden adalah jabatan yang sangat prestisius. Hanya orang-orang terhormat yang layak menyandangnya. Presiden adalah the man of honor. Tapi, dengan kebohongan dan hoax yang terus dia tebarkan, dengan pengingkaran terhadap janji-janji kampanye, dengan pengkhianatan terhadap Trisakti, maka Cak Jancuk lebih cocok dilabeli the man of horror.
Sebagai orang Jawa, berubahnya sapaan RR Mas Jokowi ke Widodo atau Presiden Widodo, mestinya menjadi kode keras bagi juara dalam membuat negara berutang hingga lebih dari Rp1.600 triliun. Kenyataan ini bisa dimaknai dengan berakhirnya, minimal renggangnya, hubungan persahabatan kedua belah pihak. Elo bukan temen gue lagi, begitu kira-kira dalam Bahasa Betawinya.
Tapi persoalannya, adakah Cak Jancuk bisa menangkap kode keras tersebut? Atau, masihkah dia peduli dengan hal-hal seperti itu? Kalau melihat gelagat dan kelakuannya akhir-akhir ini, sangat mungkin di benaknya sudah berjubel bagaimana caranya dia bisa berkuasa satu periode lagi. EGP alias Emang gue pikirin! Begitulah kira-kira…
Jakarta, 26 Februari 2019 (*)
Penulis: Edy Mulyadi, wartawan senior
BEST SELLER BUKU PEKAN INI, INGIN PESAN? SILAHKAN KLIK LINK INI :
https://m.eramuslim.com/resensi-buku/resensi-buku-diponegoro-1825-pre-order-sgera-pesan.htm