Berakibat pada daya beli yang menurun. Investasi yang bermasalah termasuk pasar keuangan karena menurun nilai suatu portofolio atau aset seperti saham.
Kurs dolar AS tidak akan stabil dan tentu berpengaruh pada ekspor impor. Tingkat suku bunga tinggi yang dapat meningkatkan inflasi. Sebagaimana kekhawatiran para pengamat ekonomi, bahwa pertumbuhan yang terus menurun dapat berujung pada depresi ekonomi. Kepercayaan masyarakat terhadap masa depan menjadi hilang.
Tertunduk lesunya bapak Jokowi saat sidang terbatas akibat pertumbuhan ekonomi kuartal II yang minus lima koma tiga puluh dua persen ini jangan-jangan tanda-tanda depresi.
Publik masih akan menunggu pidato kenegaraan pada 16 Agustus 2020 besok. Siap-siap menilai “pertanggungjawaban” kenegaraan atas kondisi politik, ekonomi, hukum, dan lainnya. Resesi membuat depresiĀ kah?
Jika rakyat telah melihat negara ini masuk fase depresi, maka tak ada harapan untuk masa depan. Pilihan pun hanya tinggal dua bagi para penyelenggara negara yaitu mundur atau dimundurkan.
Rakyat dan bangsa Indonesia tidak boleh tertekan dan putus asa, tetapi harus terus hidup dan bergerak. Artinya absolut berganti dengan suasana baru.
(Penulis: M. Rizal Fadillah, Pemerhati politik dan kebangsaan)