Namun, di era SBY, sikap Ratna yang keras menentang pengkhianatan kebijakan dan dugaan kejahatan korupsi yang dilakukan oleh sejumlah pejabat pemerintah tidak mendapatkan reaksi balik dengan kekerasan yang keji, kejam dan biadab.
Kala itu, saya bersama Ratna, Adhie Massardi, Eggi Sudjana, Beathor Suryadi, Ricky Tamba, Adian Napitupulu, Roy Simanjuntak, Mokhtar Bonaventura, menggalang gerakan anti SBY dengan membentuk Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI).
Kami kemudian menggelar mimbar bebas di depan YLBHI yang dihadiri juga oleh Gus Nuril. Beathor, Adian, Roy dan Mokhtar, mereka adalah aktivis ProDem yang terdepan menjatuhkan Soeharto, kini mereka ada di barisan pendukung Joko Widodo.
Pemerintahan Joko Widodo memang dikenal didukung barisan mantan aktivis mahasiswa dan aktivis LSM pro demokrasi di era Soeharto. Ratna berseberangan dengan mereka. Ratna terkenal anti banget sama pemerintahan Joko Widodo. Bersama Neno Warisman yang dikenal dengan barisan emak-emak kritis, mereka menggalang gerakan dengan tagar #2019GantiPresiden.
Ratna bukan aktivis kemarin sore, bukan aktivis dadakan model aktivis millenial era medsos yang muncul secara dadakan. “Aktivis millenial itu sangat instan, dibentuk secara instan dan bergerak secara instan, persis kayak tahu bulat yang digoreng dadakan dan dipasarkan dengan mobil bak terbuka”. Mindset aktivis millenial juga sangat kental dengan atraksi kekonyolan di medsos, tanpa landasan gagasan yang kuat dan mendalam.