TERIMA KASIH NO MULYO

by M Rizal Fadillah

Spanduk atau baliho bertuliskan terima kasih kepada Jokowi bertebaran di berbagai kota dan tempat. Dibangun citra selama memerintah 10 tahun Jokowi sukses memimpin. Terima kasih menyasar pula kepada Iriana istri Jokowi.

Di antara narasi yang nampak di Solo adalah “Terima kasih Pak Jokowi dan Bu Iriana.Teruslah Menjadi Guru Bangsa. Do’a Kami Selalu..”. Pembuatnya relawan “Alap Alap Jokowi”.
Ada pula “Terima kasih Pak Jokowi untuk BLT, BSU dan Bantuan Sosial lainnya..Yes..Yes..Yes”

Di Jakarta di jalan protokol Sudirman juga ucapan terima kasih kepada Jokowi, tanpa Ma’ruf Amin, bergabung dengan ucapan selamat bekerja Prabowo-Gibran. Bergambar Jokowi, Prabowo dan Gibran dibuat oleh relawan Projo. Nampaknya ada disain untuk memanipulasi kebaikan atau kesuksesan Jokowi di tengah arus rakyat yang keras memburukkan atau menghujatnya.

Jokowi yang banyak dosa dicitrakan bertumpuk pahala. Operasi manipulasi beranggaran milyaran bukan hanya untuk pampangan spanduk dan baliho tetapi tawaran pada banyak media. Untungnya media menolak. Sebenarnya yang terjadi adalah kebohongan abadi.  Awal bohong akhir pun bohong. Jokowi sukses membangun rezim pembohong.

Di akhir jabatan Joko Widodo memanipulasi diri atau bermimikri menjadi Mulyono. Konon nama kecil sakit-sakitannya. Nama misteri ini dinilai terkait dengan foto ijazah palsu Jokowi yakni Hary Mulyono. Hary yang Mulyo diobrak abrik oleh Jokowi yang tidak mulya. No Mulyo.
No Mulyo nya ini tercermin lewat pembuatan baliho-baliho.

Trio dalam baliho yaitu Joko Widodo, Gibran dan Prabowo tidak pantas untuk diucapkan selamat. Masalahnya adalah tidak “clear” nya masalah semua. Prabowo-Gibran adalah Presiden dan Wakil Presiden terpilih dengan curang. Sejak pendaftaran KPU yang manipulatif dan dinyatakan salah oleh DKPP. Gibran sendiri pesakitan tidak langsung MKMK. Pamanda Usman terhukum  akibat Putusan MK 90.

Jokowi “god father” sekaligus “disainer” dari pemaksaan Gibran hingga menang Prabowo Gibran. Jokowi terkejut muncul aib anak orbitannya lewat akun Fufufafa. Hubungan Prabowo Gibran terganggu oleh narasi amoral. Jokowi harus berbuat dan menjerat. Prabowo diajak makan di Jakarta dan Surakarta. Fufufafa diamankan dan rancangan kabinet pun beres. Disepakati Kabinet Fufufafa ala Surakarta.

Sulit Prabowo melepas jeratan, ia takut pada dosa sendiri dan mistik Jokowi. Terpaksa dipapah, tidak bisa berdiri sendiri akibat luka di kaki. Jokowi tahu akan kelemahan ini. Prabowo pun berujar “Saya sebagai Presiden terpilih merasa bahwa saya adalah bagian dari Tim Pak Jokowi”.

Ha ha terpedaya penjilat yang tersingkirkan,  tersiasati banyak aktivis yang berubah haluan, tertipulah partai-partai politik yang telah menjual aspirasi demi sejumput kekuasaan. PKS, Nasdem dan PDIP terpaksa garuk-garuk kepala sambil mengurut dada. Marah tapi  tidak bisa berbuat apa-apa. Maju kena mundur kena.

Hanya oposisi yang mampu berdiri di atas harga diri. Tetap berteriak “tangkap, adili dan gantung Jokowi”, “turunkan Gibran Fufufafa” dan “Prabowo, anda menang curang”.
Rakyat tidak akan percaya pada Kabinet Fufufafa ala Surakarta. Kabinet gembrot pemboros uang negara.

Esok secepatnya akan terbukti bahwa kebohongan itu tidak abadi, kezaliman dapat dihancurkan dan rakyat bersatu tidak bisa dikalahkan.

Terima kasih No Mulyo, selamat berkhianat Prabowo-Gibran.

*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan

Bandung, 17 Oktober 2024

Beri Komentar