Oleh Asyari Usman
Apa saja peristiwa yang menyangkut keselamatan para petinggi Iran selalu dikerubungi oleh teori konspirasi. Termasuk kematian Presiden Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter pada 19 Mei 2024.
Wajar saja muncul spekulasi tentang heli Bell-212 yang jatuh di Provinsi Azerbaijan Timur itu. Sebab, Iran dimusuhi banyak negara di Barat. Terutama Israel dan Amerika Serikat (AS).
Bermunculanlah spekulasi mengenai penyebab helikopter Raisi jatuh. Ada yang meyakini itu pekerjaan Mossad –dinas rahasia Israel. Orang mudah percaya. Sebab, selama ini Mossad memang terkonfirmasi telah membunuh sejumlah pejabat tinggi Iran. Tetapi, kali ini Israel membantah. “Itu bukan kami,” kata seorang jurubicara. Israel sangat khawatir terhadap teori Mossad membunuh Raisi. Sebab, kalau sempat Iran resmi meyakini itu, cerita selanjutnya bisa sangat gawat bagi Israel.
Logika berikutnya adalah pekerjaan AS. Orang pun mudah percaya karena Iran adalah musuh besar Washington. Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menegaskan kepada para wartawan bahwa Amerika tidak punya kaitan apa pun dengan kecelakaan helikopter itu. Tetapi, Amerika bisa dikatakan terkait secara tak langsung dengan kematian Raisi karena heli Bell-212 yang jatuh itu adalah buatan Amerika. Heli produksi 1960 itu sudah sangat tua. Perawatannya tidak optimal karena Amerika memberlakukan sanksi terhadap Iran termasuk larangan menjual sukucadang heli tersebut.
Sepkulasi selanjutnya adalah perebutan posisi Pemimpin Tertinggi (Supreme Leader) Iran. Raisi diproyeksikan akan menggantikan Ayatullah Khamenei. Tetapi, Mojtaba Khamenei –putra Ayatullah Khamenei— dikatakan sangat ingin menjadi penerus ayahnya. Ada persaingan senyap antara Raisi dan Mojtaba Khamenei. Banyak yang mengaitkan kecelakaan heli tersebut dengan ambisi Mojtaba.
Tetapi, teori ini sangat tidak mungkin. Publik Iran yakin para loyalis serta pendukung kuat Mojtaba pun tidak akan mendukung pembunuhan Raisi. Lagi pula, Ayatullah Khamenei sendiri yang dulu menunjuk Raisi sebagai presiden dan calon Pemimpin Tertinggi.
Teori konspirasi yang paling liar adalah klaim yang ditulis di platform X (Twitter) bahwa helikopter itu ditembak dengan sinar laser dari angkasa luar. Postingan di X ini ditontong hampir 30 juta kali.
Teori ini tidak mencapai probabilitas yang kuat. Bahkan dianggap sangat tidak mungkin. Dr Iain Boyd, seorang guru besar ilmu angkasa luar dan direktur Pusat Inisiatif Keamanan Nasional di Kolorado, AS, mengatakan sampai saat ini belum ada senjata laser angkasa luar yang mampu menembak jatuh helikopter di Bumi.
“Untuk menimbulkan kerusakan fatal terhadap kendaraan yang terbang relatif rendah dengan energi terarah seperti laser atau microwave dari angkasa luar, memerlukan senjata yang sangat besar, jauh lebih besar dari Stasiun Angkasa Internasional, kata Dr Boyd seperti dikutip DW.
“Sinar laser harus bisa fokus ke titik tembak selama beberapa detik untuk menimbulkan kerusakan. Sementara pesawat angkasa bergerak 28,800 kilometer per jam dan helikopter itu juga bergerak, hal itu hampir mustahil,” ujar Boyd.
Repotnya, netizen percaya. Mungkin karena sudah terbentuk opini bahwa Israel memiliki kemampuan untuk melakukan apa saja.
Seorang dosen senior King’s College, salah satu universitas terbaik di Inggris, Dr Andreas Krieg, sama sekali tak percaya dengan teori konspirasi tentang kecelakaan helikopter Raisi. Pengajar di Fakultas Ilmu Keamanan King’s College itu mengatakan ada tiga faktor yang menyebabkan kecelakaan itu. Yang pertama cuaca; yang kedua perawatan yang sangat buruk untuk heli yang sudah sangat tua itu; dan yang ketiga kesalahan manusia (human error).
Dr Krieg mengakui bahwa Raisi menjadi pembicaraan luas di Iran sebagai pengganti Khameni tetapi ada tentangan keras di dalam. Bahkan di lingkaran IRGC (Ismalic Revolutionary Guards Corps) atau Korps Pengawal Revolusioner Iran pun ada tentangan terhadap Raisi.
Dari sekian banyak teori konspirasi yang beredar di media sosial, ada juga yang bercanda di platform X (Twitter) pada 20 Mei. Pemilik akun mengatakan, kecelakaan heli Bell-212 itu direncanakan oleh agen Mossad Israel yang bernama “Eli Kopter”. Ini merupakan sindiran bahwa helikopter yang membawa Raisi itu sudah sangat tidak laik terbang. Di Israel, “Eli” adalah nama yang umum dipakai.
Konyolnya, seorang analis politik dari televisi i24, Daniel Haik, tidak paham candaan itu. Dalam wawancara “live”, dia menyebutkan tentang dugaan agen Mossad yang bernama “Eli Kopter” yang dikatakan sebagai pilot helikopter Raisi.
Kembali ke pembicaraan serius, sehari sebelum kecelakaan itu ada peringatan tentang cuaca yang sangat buruk di Azerbaijan Timur. Sebuah foto dari lokasi kecelakaan memperlihatkan kabut tebal di kawasan itu.[]
23 Mei 2024
(Jurnalis Senior Freedom News)