Eramuslim.com -LAPORAN Lembaga Amnesty International, dengan objek penelitian tenaga kesehatan, dengan judul “Terpapar, Dibungkam, Diserang: Kegagalan Melindungi Pekerja Kesehatan dan Esensial selama Pandemik Covid-19”, pada pekan lalu menjadi sebuah temuan yang menarik. Lebih dari 3 ribu tenaga kesehatan di 79 negara, gugur dalam perang melawan wabah.
Situasi tersebut, hampir berlaku sama di berbagai belahan dunia. Para tenaga kesehatan dan pekerja esensial, menghadapi potensi tertular secara langsung, namun minim proteksi.
Termasuk soal minimnya alat pelindung diri, sebagai bagian dari sarana keamanan bekerja. Beban stigma, hingga kekerasan dihadapi mereka yang disebut-sebut menjadi barisan terdepan pemberi layanan kesehatan ini.
Di tanah air, setidaknya Koran Tempo menempatkan seluruh nama-nama tenaga kesehatan, baik dokter maupun perawat yang tertular dan meninggal saat memberikan pelayanan bagi pasien Covid-19, menjadi cover muka (9/7), dalam rangkaian berita yang diturunkan jumlah kasus telah menjalar ke banyak daerah bahkan menyebabkan kewalahan. Dalam liputan tersebut, tercatat 48 dokter dan 41 perawat meregang nyawa berkalang Covid-19.
Belum lama berselang, rumah sakit rujukan di Papua, RS Provita Jayapura, harus ditutup, lantaran 54 tenaga medisnya terpapar virus selama memberikan pelayanan bagi pasien Covid-19. Secara keseluruhan, maka ilustrasi tersebut, menggambarkan tingkat keseriusan dampak dari pandemik, tidak bisa dianggap remeh.
Pada tingkat nasional, laju pertambahan kasus konsisten lebih dari seribu per hari. Bahkan, jumlah kumulatifnya yang mencapai 84.882, telah melebihi China di angka 83.664 orang.