Eramuslim.com -Abdullah bin Ubai bin Salul, tokoh munafik, memang telah mati. Namun, karakter dan sepak terjangnya menghadang Islam asih ada sampai detik ini, pun di Indonesia. Pola pengikutnya menghancurkan Islam boleh beda, tetapi intinya tetap sama, menghancurkan Islam secara diam-diam. Dan label syar’inya pun tidak beda; sama-sama munafik. Inilah ciri-cirinya:
Mendukung dan Loyal Pada Orang Kafir
Di antara karakter generasi bin Salul yang paling nampak disaksikan hari ini adalah berloyalitas kepada orang-orang kafir. Mencintai, mendukung, dan menghormati orang-orang kafir. Ini yang dapat kita saksikan hari ini.
Ketika orang-orang kafir bertandang ke tempat mereka, dengan gegap gempita mereka menyambutnya. Disambut dengan suka cita. Menghormati orang-orang kafir jauh diatas penghormatannya kepada orang-orang beriman. Menobatkan mereka sebagai “tuan” yang diikuti titahnya.
Allah swt berfirman
بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (138) الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” (Qs. An-Nisa’: 38)
Ayat diatas menegaskan dua sikap munafik;
Pertama, Mereka mengangkat pemimpin, teman setia dan patner bekerja dari kalangan orang-orang kafir. Hari ini pun banyak disaksikan. Lewat media massa, kita bisa menyaksikan orang-orang yang mengaku muslim dengan suka rela menjadi bawahan orang kafir bahkan mati-matian membelanya dengan memperalat ayat-ayat Qur’an.
Sangat berbeda dengan para sahabat yang menghinakan orang kafir. Tidak memuliakannya, karena memang mereka adalah kaum yang telah dihinakan oleh Allah swt.
Imam Ahmad meriwayatkan, Abu Musa al-Asy’ari ra berkata kepada Umar bin Khattab yang saat itu menjabat sebagai khalifah, “Wahai Amirul Mukminin, saya memiliki sekretaris yang nasrani.” Umar bertanya, “Kenapa kau lakukan itu, engkau akan dilaknat oleh Allah, tidakkah kau dengar firman Allah swt, “al-Maidah: 51”. Kenapa tidak kau angkat orang Islam..?” Abu Musa menjawab, “Wahai Amirul mukminin, aku memanfaatkan kemampuannya, sedang agamanya dia sendiri yang bertanggung jawab.” Dengan tegas Umar menjawab, “Aku tidak akan memuliakan mereka, karena Allah telah menghinakannya. Aku tidak akan berdekatan dengan mereka, karena Allah telah menjauhkan mereka (dari rahmat).”
Kedua, Mereka mencari kemuliaan lewat orang-orang kafir. Disangkanya kemuliaan dan kemenangan akan datang dengan berloyal dan berdekatan dengan orang kafir.
Usaha mendekatkan diri kepada orang-orang kafir dilakukan oleh munafik dengan jalan apa saja, menyanyikan lagu natal di gereja di depan para pemuka agama lain misalkan, karena mereka mengira dengan itu mereka akan menjadi terhormat dan dipandang oleh manusia.
Dalam surat al-Munafikun Allah swt berfirman
يَقُولُونَ لَئِنْ رَجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْأَعَزُّ مِنْهَا الْأَذَلَّ وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ
“Mereka (munafikun) berkata: “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya.” Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.” (Qs. Al-Munafikun: 8)
Dengan memberikan loyalitas kepada orang-orang kafir sama dengan mendaftarkan diri untuk menjadi bagian dari mereka. Allah swt berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (51)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Qs. Al-Maidah: 51)
Ibnu Sirin rhm berkata, “Abdullah bin Utbah –seorang tabi’in- pernah berkata, “Hendaklah salah seorang dari kalian berhati-hati, jangan sampai ia menjadi Yahudi dan Nasrani tanpa sadar.” ‘Sepertinya beliau bermaksud menjelaskan ayat ini –al-Ma’idah: 51-.” Lanjut Ibnu Sirin. (Tafsir Ibnu Katsir, )
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata, “Pembatal keislaman yang kesepuluh adalah berloyalitas kepada orang-orang kafir, dalilnya adalah firman Allah swt, surat al-Maidah:51.”(Majmu’ Tauhid, hlm. 38)
Orang-orang munafik memendam kebencian terhadap Islam. Mereka sangat tidak suka dengan Islam, apalagi kebangkitan Islam. Usaha apapun akan mereka lakukan, untuk menghalangi perkembangan Islam. Salah satu usaha mereka adalah bekerja sama dengan orang-orang kafir.
Membantu dan bahu-membahu dengan Orang Kafir dalam Memerangi Islam
Ya, betapa banyak orang-orang yang mengaku beriman hari ini, tetapi ia telah menjadi Yahudi atau Nasrani tanpa sadar. Ia masih memasang sederet label Islam di depan namanya, “kiyai”, “Haji” dan tanpa merasa bersalah mengaku dirinya sebagai muslim.
Maha benar Allah yang telah menjelaskan karakter mereka,
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ نَافَقُوا يَقُولُونَ لِإِخْوَانِهِمُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَئِنْ أُخْرِجْتُمْ لَنَخْرُجَنَّ مَعَكُمْ وَلَا نُطِيعُ فِيكُمْ أَحَدًا أَبَدًا وَإِنْ قُوتِلْتُمْ لَنَنْصُرَنَّكُمْ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab: “Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya kamipun akan keluar bersamamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk (menyusahkan) kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu kamu.” Dan Allah menyaksikan bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar pendusta.” (Al-Hasyr: 11)
Bahkan dengan aktif, generasi bin Salul membuat berbagai macam propaganda dan aturan untuk menikam Islam, agar Islam padam. Dengan berbagai macam alasan mereka berusaha menghadang gerakan Islam yang mencita-citakan pelaksanaan Islam kaafah (sempurna),
يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ
“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka,” (ash-Shof: 8)
Sejarah pernah mencatat, pada zaman rasulullah saw orang-orang munafik mendirikan sebuah masjid di dekat Masjid Kuba, difungsikan untuk menginteli orang-orang beriman, lalu dilaporkan ke Heraclius, raja Romawi. Berbekal informasi ini, Heraclius merencanakan strategi untuk menghancurkan Islam. Orang munafik melakukan spionase ini dalam rangka menghambat gerakan Islam.
Hari ini, orang-orang munafik mendirikan lembaga yang lebih canggih dari itu, tapi fungsi tetap sama; memata-matai aktifis Islam. Tujuannya pun sama, mengumpulkan informasi tentang mereka lalu dikelola sebagai dasar kebijakan untuk menghancurkan Islam.
Terkadang generasi bin Salul kontemporer, menghasung masyarakat untuk menghacurkan Islam dan pejuangnya. Program-program yang menghambat gerakan Islam, seperti, spionase, pembunuhan karakter pejuang Islam, dan pengrusakan aqidah Islam, disosialisasikan di tengah masyarakat, dengan harapan Islam dan para pejuangnya menjadi musuh bersama.
Dengan demikian, munafik hari ini lebih berbahaya dari pada munafik pada zaman rasulullah saw masih hidup. Hudzaifah bin Yaman, sahabat rasulullah saw spesialis ilmu kemunafikan, berkata kepada para tabi’in, “Munafik di masa kalian ini lebih berbahaya dari pada pada zaman rasulullah saw.”Para Tabi’in bertanya, “Kenapa bisa demikian..?” Hudzaifah ra menjawab, “Orang-orang munafik pada zaman dulu menyembunyikan kenifakannya. Sedangkan munafik di masa kalian, menampakkan kenifakannya.” (Shifatun nifaq, hlm. 53)
Mengklaim “Mushlihun”
Satu lagi warisan bin Salul yang dilanjutkan oleh para penerusnya hari ini, mereka mengaku bahwa apa yang mereka lakukan dalam menghancurkan Islam demi kebaikan, mengklaim dirinya muslihun (yang melakukan perbaikan), padahal mereka mufsidun, perusak yang merusak aqidah dan masyarakat. Allah swt berfirman
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ (11) أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ
“Dan bila dikatakan kepada mereka:”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” (al-Baqarah: 11-12)
Harus diakui, salah satu kelebihan generasi Bin Salul, pintar debat, mampu menghipnotis lawan bicaranya, provokatif ulung. Sehingga dzohirnya seakan-akan pejuang kebenaran, padahal ia musuh kebuyutan bagi kebenaran. Sebagaimana Allah jelaskan,
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ
” Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. “(al-Baqarah:204)
Ketika menghambat perkembangan Islam, banyak alibi yang digunakan oleh orang-orang munafik agar dianggap sebagai muslih oleh manusia lainnya, entah mengatasnamakan HAM, demi keutuhan Bangsa, Budaya dan sejenisnya. Semua atribut dijadikan tameng agar tidak dibenci oleh umat Islam. Mereka ingin menipu Allah dan kaum muslimin, padahal mereka sendiri yang tertipu. Uniknya generasi Bin Salul.
يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar”
Sungguh buruk akibat bagi generasi Bin Salul. Dunia mereka tertipu, di akhirat di neraka yang paling dalam.* Wal’iyadzu billahi.(kl/bs)
https://m.eramuslim.com/resensi-buku/konspirasi-penggelapan-sejarah-indonesia-eramuslim-digest-edisi-10.htm