Serangan mematikan terhadap Hotel Inter-Continental di Kabul sangat menyakitkan bagi pemerintah AS. Serangan menjelang penarikan pasukan AS dari Afghanistan. Ini membuktikan bahwa Taliban tidak dapat dipandang sebelah mata oleh AS. Washington yang sudah mengumumkan penarikan pasukan bulan ini, menjadi sangat kawatir tentang masa depan Afghanistan akan jatuh ke tangan Taliban.
Strategi Pemerintahan Obama yang ingin mengurangi pasukan dari Afghanistan, akibat beban anggaran yang harus dikeluarkan, dan perang telah membebani pemerintah Obama, maka tidak pilihan lain, kecuali keluar dari Afghanistan. AS telah terlilit utang sebesar $ 14,7 triliun dollar, dan nyaris gagal membayar utang.
Langkah yang diambil pemerintah Obama hanya dengan kemampuan militer dan polisi Afghanistan melalui latihan, dan bantuan senjata. Tetapi, pasukan dan polisi Afghanistan setengah hati, dan telah disusupi oleh "Taliban", dan semua informasi militer Nato telah jatuh ke tangan Taliban. Sebagian besar pasukan, pollisi, dan intelijen Afghanistan adalah orang-orang Pashtun, yang sama dengan Taliban.
AS berusaha mencari solusi politik dengan Taliban, dan berusaha membujuk kelompok Taliban maju ke meja perundingan. Tetapi, kelompok yang dipimpin Mullah Omar itu, tak bergeming, dan hanya mau berunding setelah AS hengkang dari Afghanistan. Peningkatan pasukan AS ke Afghanistan, tak banyak mempunyai pengaruh terhadap kondisi dalam negeri Afghanistan menuju stabilitas negeri itu, yang sudah dikoyak perang selama tiga dasa warsa.
AS membayangkan Afghanistan yang stabil sampai penarikan total pasukan AS tahun 2014. Sekarang AS memperkuat militer Afghanistan melalui pelatihan yang mereka lakukan. Tetapip, banyak anggota militer yang mempunyai sikap ganda, dan tidak mungkin membiarkan AS terus bercokol di negeri itu. Karena itu, mereka selain menjadi anggota militer Afghanistan, mereka juga mensuplai informasi, dan bahkan senjata kepada pejuang Taliban. Taliban tidak pernah menerima apapun bentuk negosiasi menuju perdamaian, selama AS belum hengkang.
Selama sepuluh tahun melakukan invasi militer ke Afghanistan, ternyata AS tidak mendapatkan apapun yang diinginkan. Kecuali hanya semakin memperkuat kedudukan Taliban di mata rakyat Afghanistan. Taliban semakin mendapatkan dukungan politik dan moral dari rakyat Afghanistan. Secara psychologis, rakyat Afghanistan yang sangat kuat agamanya, tidak mungkin dapat membiarkan terus menerus bercokolnya penjajah di negeri mereka. Mereka akan berusaha dengan segala kekuatan yang mereka miliki mengusir penjajah, seperti ketika mereka mengusir Uni Soviet dari negeri mereka.
Serangan Taliban yang sangat spektakuler itu, bersamaan dengan konferensi tentang pengalihan tanggung jawab keamanan dari NATO kepada pasukan Afghanistan di tujuh provinsi (termasuk Kabul). Ini sungguh-sungguh sangat memukul Gedung Putih, dan pemerintahan Hamid Karzai yang menjadi boneka AS.
Langkah yang diambil Taliban itu, menunjukkan mereka hanya memilih jalan militer, dan tidak akan menerima negosiasi apapun, dan operasi skala besar terhadap Hotel Inter-Continental kemarin, menujukkan perlawan Taliban terhadap NATO, di mana diwilayah selatan, Taliban berusaha melakukan perluasan kontrol terhaap provinsi-provinsi tengah yang berbatasan dengan Afghanistan Kabul. Bahkan setelah penambahan pasukan oleh Pemerintahan Obama, yang telah mencapai tingkat tertinggi pasukan AS, nampaknya tidak cukup membuat Afghanistan menjadi stabil. Pemerintah AS dan Barat hanya berilusi dapat mengalahkan Taliban dengan cara meningkatkan kemampuan militer di wilayah itu.
Pengumuman penarikan Presiden Obama tidak menggambarkan "kondisi di lapangan", karena pembubaran misi Afghanistan sekarang, hanyalah semakin nyata-nyata misi yang dilakukan AS dan Barat telah berakhir dengan gagal di Afghanistan.
Situasi keamanan Afghanistan tetap berbahaya bagi kepentingan AS dan Barat, dan pemerintah Karzai – yang tampaknya tidak cukup kuat dengan strategi AS yang ingin menyerahkan kontrol ke Afghan. Sementara itu, Karzai terus menghadapi krisis politik yang memuncak dalam bentuk tantangan dari legislatif sendiri, dan dari beberapa mantan panglima perang yang medukungnya mencapai puncak kekuasaan.
Taliban, sangat menyadari batas kemampuan dan komitmen AS, dan Taliban percaya faktor-faktor tersebut memperkuat mereka, khususnya ‘dalam membentuk sebuah penyelesaian politik.
Ada juga kemungkinan besar tekanan dari Pakistan terhadap Taliban. Tetapi, Panglima Angkatan Bersenjata Pakistan, Jenderal Kayani, menghadapi pemberontakan dari dalam militer, sesudah adanya serangan terhadap Usamah bin Laden, yang menyebabkan tewasnya tokoh al-Qaidah itu.
Beberapa analis melihat serangan terhadap Hotel Inter-Continental di Kabul hari Selasa, sebagai kerjasama antara intelijen Afghanistan dengan Taliban. Tetapi, ada pula yang menduga serangan terhadap Hotel Inter-Continental di Kabul, juga merupakan kerjasama antara Inter-Services Intelligence Agency (ISI) Pakistan dengan Taliban. ISI merasa kecewa dengan tindakan AS yang membunuh Usamah bin Laden tanpa memberitahu ISI.
Nampaknya kunjungan Menteri Luar AS, Hallary Clinton dengan Marsekal Mike Mullen ke Islamabad tidak mengubah apapun di Islamabad, dan justru Islambad dan jenderal-jenderal di negeri itu, diam-diam melakukan kooordinasi dengan Taliban untuk menghancurkan pasukan Nato. (mhi)