Lebih baik Puan tampil ke depan. Minta maaf secara terbuka. Akui kesilapan. Selesai. Perkara nanti orang Minang melestarikan thesis Puan itu, apa boleh buat. Itulah risiko PDIP mencurigai orang lain. Itulah akibat keinginan pimpinan PDIP agar partai mereka itu unggul di mana-mana. Termasuk di Sumatera Barat (Sumbar).
Keinginan itu menyebabkan pimpinan Banteng menganggap orang Minang yang tidak menerima PDIP sebagai musuh. Tidak hanya musuh partai tapi sekaligus mereka anggap sebagai musuh negara. Musuh negara itu antara lain adalah orang yang tidak berpancasila. Cocok dengan ucapan Puan.
Tidak ada salahnya orang PDIP ramai-ramai turun tangan untuk menyelamatkan Puan. Boleh-boleh saja barisan politisi senior PDIP mencoba meluruskan ucapan Puan itu. Silakan saja.
Cuma, semakin Anda belok-belokkan peristiwa naas ini ke mana-mana, akan semakin parah. Anda terlihat arogan. Angkuh. Tidak mau meminta maaf. Merasa diri sempurna.
Bisa juga nanti publik melihat PDIP sok kuasa. Mentang-mentang punya kekuasaan besar. Seenaknya saja terhadap orang lain yang tidak mendukung.
Kalu Anda tetap merasa tak bersalah, merasa Puan tidak melukai orang Minang, terserah saja. Tidak ada masalah. Sebab, catatan sejarah tentang peranan orang Minang cukup lengkap. Tak bisa dihapus. Mereka ikut merumuskan Pancasila, mereka mengamalkan dan merawatnya. (*)
Penulis: Asyari Usman, Wartawan Senior