Eramuslim.com
Oleh Priyono B Sumbogo (Kriminolog)
Bagi sejumlah besar kalangan umat Islam, kematian enam anggota Front Pembela Islam (FPI) merupakan kematian yang bergengsi dan terhormat. Sebagai buktinya, suara gemuruh dan takbir Allohu Akbar menyambut jenasah mereka saat diserahkan kepada pihak keluarga. Dan sebelum dimakamkan, mereka disholatkan oleh begitu banyak orang. Mungkin beribu, beratus ribu atau bahkan berjuta orang, baik secara langsung maupun dengan sholat gaib. Terpujilah dan berbahagialah para Ibu yang melahirkan mereka.
Pasti ada rasa sakit yang diderita sebelum mereka tewas. Tapi itu cuma sebentar. Lubang perluru di kepala dan di dada, luka-luka di wajah, dan bekas-bekas kekejian di sekujur tubuh mereka, justru meningkatkan martabat kematian mereka. Syahid. Begitulah keyakinan beribu, beratus ribu, bahkan mungkin berjuta umat Islam yang menyolatkan mereka.
Orang-orang yang menembak mereka atau pejabat hukum yang membenarkan pembunuhan itu sebagai bentuk bela diri, belum tentu akan dihormati seagung itu ketika kelak mereka mati. Dan pasti mati. Belum tentu mereka akan disholatkan oleh orang sebanyak itu. Juga belum tentu mereka akan mati dengan cara seterhormat itu. Pun belum tentu mereka akan mati dengan lancar. Mungkin mereka akan lebih dulu mengalami sakit berkepanjangan. Tersiksa oleh stroke, sakit jantung, gagal ginjal, kencing batu, prostat, atau penyakit lain yang menyakitkan.