Shalat gak papa sebentar saja……
Shalat kilat namanya….
Ya benar, ini adalah sebuah fakta yang sangat umum, dan juga sangat memilukan.
Kalau seseorang sudah shalat 5 kali sehari setiap harinya, walau shalatnya hanya shalat kilat, walau shalatnya hanya komat kamit saja tanpa mengerti arti dan maksud ucapannya, maka orang itu sudah merasa dan sudah disebut sebagai orang alim, sholeh, agamis, bisa berfatwa ini itu…..
Padahal Rasul telah bersabda:
عَنْ مَالِكٌ (قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ): وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي (رواه البخاري)
Arti hadits:
Dari Malik (telah bersabda Rasulullah saw): “Dan shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.”(H.R. Bukhari)
Shalat adalah tiang agama
Shalat itu adalah tiang agama. Seberapa kuat tiang agama kita? Marilah kita intropeksi sendiri, berapa prosentase kebenaran dan kekuatan tiang shalat kita untuk bisa dikatakan sempurna? mungkin bisa jadi tak lebih 1% nya saja dibanding dengan kesempurnaan tata cara shalat yang Rasul ajarkan. Apa kita masih mau mencari-cari alasan lagi bahwa kita manusia biasa tak kan bisa shalat sepeti shalatnya nabi? Bukankah nabi diutus Allah untuk kita contoh? Muhammad juga manusia biasa, ia bisa merasakan sakit dan kakinya bisa membengkak bila terlalu lama berdiri dalam shalat. Buat apa Rasulullah SAW diutus kalau tidak kita tauladani? Apa keimanan kita pada kerasulan Muhammad belum terealisasi juga?
Semua tegantung pada masing masing diri kita. Setiap pribadi betanggung jawab atas amalnya sendiri-sendiri, ia tak akan bertanggung jawab atas amalan orang lain, dan tidak akan dibebani beban orang lain. Tetapi setiap jiwa muslim terkenai kewajiban bedakwah, mengajak manusia kepada agama Allah yang suci.
Marilah kita membenahi shalat kita, mulai takbiratul ikhram hingga salam. Marilah kita mereformasi shalat kita sehingga sesuai dengan petunjuk aslinya yaitu petunjuk dari Rasul SAW. Sudahkah kita mengecek keshahihan gerakan dan bacaan shalat kita sesuai hadits Rasul? Ah, kebanyakan dari kita shalatnya masih ikut-ikutan saja tanpa ada keterangan hadits yang jelas yang mendasarinya.
Dalam Hadits Nabi diperintahkan:
عَنْ مَالِكٌ (قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ): وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي (رواه البخاري)
Arti hadits:
Dari Malik (telah bersabda Rasulullah saw): “Dan shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.”
Dari mana kita bisa melihat Rasul shalat? Sedangkan masa yang membentang antara kita dengan Rasul amatlah jauh?
Jawabannya adalah dari Al Hadits. Di masa sekarang ini mencari hadits yang shahih bukanlah hal yang sulit.
Rasulullah SAW sengaja mempertontonkan gerakan shalatnya kepada para sahabat. Pernah suatu saat Rosul shalat di atas mimbar, maka ketika beliau hendak besujud, beliau turun dari mimbar dan ketika hendak berdiri lagi beliau naik ke mimbar lagi. Hal ini dilakukan Rasul tidak lain dan tidak bukan adalah agar para sahabat bisa dengan jelas melihat cara sujud dan cara beliau shalat.
Setelah para sahabat jelas memahami cara shalat beliau, maka mereka menulisnya menjadi sebuah catatan hadits yang sangat berguna. Keterangan-keterangan dalam Al hadits sangatlah jelas, sejelas kita sendiri yang melihat Rasul SAW shalat.
Setelah kita mengetahui petunjuk ini, maka sudah seharusnyalah kita mendasarkan takbiratul ikhram kita, sujud dan rukuk kita, bacaan-bacaannya sampai salamnya, bedasarkan petunjuk Rasul SAW, bukan dari katanya si fulan atau si fulanah.
Kalau di zaman dahulu mungkin suatu hal yang sulit untuk mencari petunjuk-petunjuk cara ibadah yang menyeluruh dalam al hadits, tetapi sekarang semua sudah dimudahkan oleh Allah SWT. Tak ada yang tak mungkin bagi Dia. Melalui media komputer, kita bisa memiliki sebuah pepustakaan hadits modern yang lengkap tanpa harus memakan banyak tempat dan mengeluarkan biaya banyak. Kita tak perlu berlama-lama membolak-balik halaman buku hadits untuk mengecek kesahihan suatu hadits. Tinggal klik kanan dan klik kiri saja maka semua informasi yang kita cari akan kita peroleh. Tentu saja hal itu hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang memiliki ilmu Al Qur’an dan Al Hadits.
Hanya saja sekarang, semua tergantung pada hati kita, kita mau berubah atau tidak. Terkadang orang gengsi dan tidak mau berubah, khawatir bila perubahan itu akan merusak wibawanya, dan juga akan membawa keresahan dalam tubuh umat. Kita terlalu menghormati dan menghargai diri kita sendiri dan tidak menghornati Al Qur’an dan Al hadits. Dengan kata lain kita tidak menghormati Allah dan RasulNya. Dan terlalu menghomati diri dan kelompok kita Nastaghfirullah…
Bagaimana kita bisa berjaya, kalau kita tidak mau merubah diri menuju kebaikan? Bukankah petunjuk jalan menuju kejayaan itu ada dalam Al Qur’an dan Al Hadits?
Setiap hari kita mendengar adzan dan kita diseru kepada kejayaan? Hayya ‘Alal Falah…Tetapi hati kita apalagi fisik kita tak tersentuh dan tak tegerak sedikitpun untuk memenuhi seruan agung tesebut.
Kadang kita sibuk membaca dan membaca berbagai referensi hadits, tetapi hanya sebagai sebuah bacaan, bukan untuk diterapkan dalam kehidupan yang nyata. Begitulah fakta yang tejadi dalam beberapa lembaga pendidikan umat ini.
Bersambung…
Nazla El Qorie