Sebagai lembaga dengan reputasi dunia, kelihatannya Bank Dunia mikir-mikir juga kalau harus mengubah laporannya dan menyalahkan era SBY. Bisa-bisa mereka dituntut oleh SBY seperti media online Asia Sentinel. Kalau sampai dituntut SBY dan terbukti menutup-nutupi kebenaran sebuah laporan, kredibiltas Bank Dunia bisa rusak.
Jangan main-main dengan SBY. Asia Sentinel saja dikejar sampai ke kantor pusatnya di Hongkong. Perkara kecil bagi SBY kalau cuma harus mengejar ke pusat Bank Dunia di Washington.
Jurus berikutnya kill the messenger. Bunuh para si pembawa pesan. Mereka menyerang CNN.com dan para penulis artikel laporan Bank Dunia. Cara itu diharapkan membuat orang yang membaca laporan tersebut menjadi ragu.
Sebagai media dengan reputasi dunia, CCN.Com tidak mau tinggal diam. Mereka punya data, dan punya pengakuan dari Bank Dunia bahwa benar ada laporan tersebut. Supaya kelihatan tidak terlalu menyerang Jokowi, mereka perhalus bahwa laporan itu belum selesai.
Ekonom UI Faisal Basri di TV One juga mengaku mendapat informasi laporan itu sudah diperesentasikan kepada para menteri Jokowi pada pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di Bali.
Info Faisal ini kelihatannya sangat valid, karena Menkeu Sri Mulyani juga mengakuinya. “ Itu masukan yang wajar dari Bank Dunia,” katanya.
Menko Maritim Luhut Panjaitan walaupun coba membantah, secara tidak langsung juga mengaku. Buktinya dia berjanji pemerintah akan membagi-bagi proyek infrastruktur ke kontraktor swasta dalam negeri.
Bagaimana caranya menyembunyikan barang busuk. Baunya pasti akan tercium juga. Bagaimana mau membantah fakta yang sudah sangat terbuka. Upaya ini seperti menegakkan benang basah. Seperti orang yang meraih batang terendam. Salah-salah ikut tenggelam juga.
Sebaiknya ikuti saran dari Rocky Gerung. Kapal sudah mau tenggelam, segera tentukan sikap. Pilihannya hanya dua : Segera selamatkan diri, atau ikut mati tenggelam!
Please cebonger jangan buat dosa baru lagi. Berbohong dan memfitnah itu dosa sangat besar. Nuduh orang lain tukang buat hoax itu perbuatan tercela. Masih terbuka pintu taubat. [rmol]
*) Penulis: Djajang Nurjaman, Pengamat Media dan Ruang Publik