Satu per satu, pembenaran yang dikeluarkan oleh Israel akan agresinya mulai terbuka. Semua jajaran petinggi Israel sekarang ini sudah kehabisan akal dan langkah, menerangkan agresi ini adalah sebuah perang yang mempertahankan diri, dan sudah kandas kredibiltasnya.
Semua foto korban Gaza yang kini banyak beredar menunjukan siapa dan bagaimana Israel terhadap dunia. Belum lagi, Israel menolak semua bentuk bantuan yang akan masuk ke Gaza.
Pernyataan Tzipi Livni, Menteri Luar Negeri Israel, bahwa negaranya sama sekali tak pandang bulu terhadap target agresi ini sudah memunculkan opini internasional, bahwa Israel diakui sebagai penjahat perang. Mayor Jenderal Gadi Eisenkot dalam harian Yedioth Ahronoth mengatakan “Kami akan menghancurkan semua infrastruktur yang ada di Gaza. Serangan dari Israel akan mengakibatkan kerusakan besar. Ini karena, menurut perspektif kami, desa-desa di Gaza adalah basis militer Hamas.”
Kontan, pernyataan inipun diserbu dari sana-sini. Kata-kata “kerusakan besar” dilarang oleh hukum internasional. Bahkan dari dalam negeri Israel sendiri komentar tidak setuju banyak beredar. Profesor Avi Shlaim, Yahudi pengajar di Universitas Oxford mengatakan bahwa Israel adalah negara “gangster” dan “bajingan” yang dipimpin oleh orang-orang yang busuk. Gedeon Levy, kolumnis di harian Hareetz menulis “Moral dan nilai-nilai sudah dilupakan. Semuanya dibolehkan!”
Di seluruh dunia, orang-orang sudah mulai membandingkan apa yang dilakukan oleh Israel terhadap bangsa Palestina kali ini sudah lebih biadab daripada yang terjadi pada Yahudi di Warsawa, ketika Nazi melakukan pembantaian terhadap, beberapa puluh tahun yang lalu. Kini, Israel diserang dari seluruh dunia, akibat kejahatan terhadap rakyat Palestina.
Namun, tak ada lagi yang lebih buruk dibanding sikap para pemimpin negara Arab. Mereka benar-benar takut sangat mati, ketika melihat gambar sesungguhnya di Gaza. Ini tidak lain karena para pemimin negara Arab, dan mereka tetap melihat siapa yang berada di balik Israel, dan yang tak lain adalah AS. Namun, ada beberapa indikasi yang menunjukan bahwa Israel sendiri sudah kehilangan arah dalam agresi biadabnya ini.
Pertama, jelas sudah Israel tidak bisa menghancurkan Hamas. Dua pekan berlalu dan Hamas belum juga ditaklukan, serdadu-serdadu Israel sudah mulai khawatir bahwa peristiwa Hizbullah tahun 2006 akan kembali terulang; Israel tidak bisa menaklukan Hizbullah, sebaliknya Hizbullah memenangkan pertempuran. Israel dalam hal ini hanya sedang melahirkan generasi Palestina berikutnya yang akan semakin bertambah militan.
Kedua, patron utama Israel, AS ditemani dengan negara-negara Arab konservatif yang masih menjunjung tinggi kerajaan dan otokrasi, semakin kehilangan legitimasinya. Poros AS di TImur Tengah semakin keropos. Salah satu buktinya adalah AS tidak menyetujui rencana lanjutan Israel yang ingin menyerang Iran.
Ketiga, ketika Israel melakukan kebrutalan terhadap rakyat Gaza, mereka juga sesungguhnya tengah melakukan kebrutalan terhadap rakyatnya sendiri. Apa yang dilakukan oleh Israel sekarang sesungguhnya mengoyak hati nurani sebagian besar rakyat Israel pula. Rakyat Israel percaya bahwa pemerintahannya sendiri mengidap sakit mental. Debat-debat banyak dilakukan di berbagai media Israel. Israel kehilangan figure penyelamat mereka. Belum lama ini, Barack Obama didaulat sebagai juru selamat bagi Israel. Namun, ide itu ditertawakan oleh rakyat Israel sendiri, karena begitu konyol.
Tak pelak, Israel mulai bertanya; sekarang siapa yang bisa menyelematkan mereka?
Mark LeVine, Profesor di Universitas Kalifornia, Bidang Sejarah Timur Tengah