Arteria Dahlan memang tidak mengatakan Jae sama persis dengan Umar — karena hal itu memang tidak mungkin — kemiripan mereka hanya pada gaya kepemimpinan yang sederhana, egaliter, dan kerakyatan. Katanya, gaya kepemimpinan inilah yang membedakan Jae dengan pemimpin terdahulu dan mirip dengan Umar.
Memang benar Jae berbeda dengan pemimpin Indonesia terdahulu. Tapi itu bukan menandai Jae lebih hebat dari mereka melainkan sebaliknya: Jae terlalu rendah. Ya, mana mungkin Jae lebih istimewa dari Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, dan SBY. Bahkan Arteria Dahlan pun akan menolak keras kalau Jae sekadar disejajarkan dengan Megawati Soekarnoputri. Kalau begitu, masih pantaskah Jae dimirip-miripkan dengan Umar, bahkan sekalipun hanya pada gaya kepemimpinannya? Saya tak usah menjawabnya karena toh semua orang sudah tahu bahwa dari segi apa pun beda Umar dan Jae bagaikan matahari dan debu.
Umar bin Khattab terkenal dengan julukan Al-Faruq yang diberikan Nabi Muhammad Saw. Artinya, orang yang bisa membedakan yang hak dan yang batil. Apakah Jae bisa membedakan keduanya? Pasti tidak. Sudah masyhur di seluruh negeri ini bahwa Jae suka membalik-balikan segala sesuatu. Yang salah jadi benar, yang hak jadi batil, yang dusta jadi jujur. Sedemikian kacaunya cara berpikir dan moralnya sehingga kita jadi bingung apakah Jae bodoh atau bejat atau kedua-duanya?
Kehebatan dan kecerdasan Umar mengelola negara sudah diketahui dunia. Juga integritasnya. Selain berkomitmen kuat membantu rakyatnya yang papah, Umar memberi tauladan toleransi antarumat beragama yang mengharukan dunia. Ketika memasuki Yerusalen setelah kota itu ditaklukkan kaum Muslim, Umar menolak tawaran pendeta Sophronius untuk bersembahyang di dalam Gereja Makam Suci, gereja yang dibangun di tempat Yesus disalib dan dikuburkan. Ia memilih shalat di luar gereja itu dengan alasan agar umat Islam tak mengikuti jejaknya yang bisa berakibat pada rusaknya gereja paling suci bagi umat Nasrani itu.
Sikap Umar yang arif itu masih dikenang dunia sampai hari ini. Gereja Makam Suci tetap berdiri hingga sekarang. Moral dan visi Umar ini tidak mungkin bisa dicapai Jae, yang menurut Indonesionis Australia, presiden terlemah Indonesia sepanjang sejarah. Ia disebut tidak kompeten dan tak punya kapasitas untuk duduk sejajar dengan pemimpin dunia lain. Itulah sebabnya Indonesia kedodoran dalam menanggulangi covid-19 dan terjerat dalam kubangan persoalan bangsa yang sulit dicari jalan keluarnya. (*end/sumber: glr)
Penulis: Smith Alhadar