Siapa Calon Ketum PBNU yang akan Memenangkan Muktamar NU ke-34?

Hipotesisnya, jika faktor pertama dan kedua kuat, sedangkan faktor ketiga dan keempat lemah, maka hasil Muktamar NU ke-34 kali ini akan menghasilkan produk keputusan dan kepemimpinan yang lebih genuine dan sesuai aspirasi jamaah Nahdliyyin di nusantara.

Namun sebaliknya, jika faktor pertama dan kedua lemah, sedangkan faktor ketiga dan keempat tinggi, maka hasil Muktamar NU akan lebih ditentukan oleh aliansi kekuatan ekonomi-politik yang mencoba mencari untung dan membangun pengaruh jelang Pemilu 2024 dari otak-atik kepemimpinan Nahdlatul Ulama.

Tentu, yang kedua ini, tidak diinginkan semua pihak. Lalu pertanyaan selanjutnya, siapa yang memiliki peluang lebih besar?

Pertama, petahana KH Said Aqil Siradj yang telah memimpin NU selama 10 tahun terakhir, tentu telah membangun akar yang cukup kuat di tingkat wilayah (PWNU), cabang (PCNU) dan juga cabang istimewa (PCI-NU).

Kiai Said juga merupakan figur yang tegas dan clear dalam menyikapi tren fundamentalisme Islam di Indonesia.

Kiai Said juga dianggap tokoh sentral yang berhasil mengawinkan pasangan Presiden Jokowi-Wapres Maruf Amin sebagai representasi bersatunya kelompok nasionalis dan Islam moderat di PIlpres 2019 lalu.

Artinya, Kiai Said memiliki hubungan erat dengan Istana Presiden dan Megawati sebagai pemilik saham utama pemerintahan saat ini.

Namun demikian, Muktamar NU lebih ditentukan sikap para pemilik suara yang pada saat tertentu, cukup sensitif pada narasi-narasi kontroversial.

Misalnya, saat ini kekuatan tim Kiai Said berpotensi dihantam oleh sejumlah narasi; laiknya “pentingnya regenerasi”; “kuatnya nuansa politisasi PBNU”; hingga tudingan sebagian pihak pada elemen lini tengah timnya Kiai Said yang beberapa waktu lalu dianggap “berani memalsukan tanda tangan Rois Am”.

Karena itu, untuk menang, tim Kiai Said harus mampu menetralisir narasi-narasi sensitif itu, yang belakangan terasa cukup efektif mempengaruhi sikap keorganisasian sejumlah pimpinan PWNU dan PCNU di sejumlah wilayah.

Kedua, KH Yahya Cholil Staquf; saat ini dianggap menjadi penantang terberat bagi petahana. Secara perlahan, Kiai Yahya berhasil mengonsolidasikan dukungan, dengan berselancar di atas narasi-narasi sensitif yang harus diklarifikasi tim Kiai Said.

Meskipun tidak mudah dibuktikan, namun keberadaan Menteri Agama Gus Yaqut yang notabene adik kandung Kiai Yahya, berpotensi memberikan keleluasaan untuk membangun komunikasi dengan PWNU dan PCNU di daerah yang notabene juga berkhidmat di Kementerian Agama.