Pada praktiknya dewasa ini, red herring tidak hanya digunakan sebagai seni retorika, melainkan juga telah menjadi taktik propaganda yang mumpuni. Pada kampanye Pilpres 2019, misalnya, taktik propaganda red herring setiap hari kita lihat di layar kaca media.
Dalam perdebatan mengenai kapasitas kandidat presiden, misalnya, yang utama harus diperlihatkan tentunya adalah gagasan perubahan masing-masing kandidat. Akan tetapi, alih-alih disuguhkan perang gagasan, yang dinikmati publik justru adalah informasi dan berita-berita tidak relevan, seperti Jokowi hebat karena membangun banyak jalan tol, ataupun Prabowo Subianto perkasa karena memimpin tim mendaki Gunung Everest.
Gatot Sangat Cocok?
Saat ini, di tengah memburuknya pandemi Covid-19 dan tetap dilanjutkannya Pilkada 2020 meskipun ditentang oleh banyak pihak, taktik propaganda red herring tampaknya telah digunakan. Pasalnya, dengan gerakan KAMI diisi oleh tokoh-tokoh populer seperti Said Didu, Din Syamsuddin, Rocky Gerung, Refly Harun, hingga Gatot Nurmantyo, menjadikan KAMI sebagai headline pemberitaan dapat menjadi distraksi yang mumpuni untuk memecah perhatian publik terhadap dua isu sensitif tersebut.
Terlebih lagi, dengan besarnya hembusan narasi bahwa Gatot menggunakan KAMI sebagai kuda tunggangan untuk maju di Pilpres 2024, akan mudah membentuk persepsi publik bahwa KAMI hanyalah gerakan politik semata, serta Gatot adalah aktor antagonisnya.
Rolf Dobelli dalam bukunya The Art of Thinking Clearly memberi saran yang mengejutkan di akhir bukunya karena merekomendasikan pembacanya untuk tidak membaca berita dengan tiga alasan.
Pertama, otak manusia tidak mampu bereaksi secara proporsional terhadap kumpulan informasi yang berbeda-beda. Kedua, berita sering kali tidak relevan satu sama lain. Ketiga, membaca berita menurutnya dapat membuang-buang waktu.
Singkatnya, Dobelli hendak menyebutkan bahwa berita dapat begitu mudah mendistraksi pembaca, sehingga sulit untuk menentukan fokus perhatian. Mengacu pada Dobelli, kendati pun hembusan narasi negatif tentang KAMI ataupun Gatot tidak dimasukkan untuk memecah perhatian publik, secara natural itu memang akan berdampak demikian.