Oleh : Adham Sharqawi
Diterjemahkan oleh : Ust. Fathuddin Ja’far
Sungguh lenyapnya “Israel” dari atas bumi adalah sebuah kebenaran yang sudah ada dalam Al-Qur’an dan merupakan janji nubuwah yang benar. Itu sebabnya kita tidak bertanya apakah mereka akan lenyap atau tidak? Karena hal itu pasti terjadi. Tapi pertanyaannya adalah : Kapan akan terjadi?
Bukan mazhab saya untuk berhenti bekerja dan menunggu mukjizat. Sebaliknya, saya percaya bahwa mukjizat hanya terjadi setelah Mukmin mengerahkan upaya maksimal yang dia bisa. Ketika kebatilan menyerang sekuat tenaga dan seolah tinggal selangkah lagi menuju kemenangannya, dan hak (kebenaran) berdiri teguh hingga titik ketabahan yang terakhir dan seakan-akan kekalahan sudah sangat dekat, maka saat itu keajaiban datang.
*Al-Qur’an mengajarkan kita hakikat yang sudah ada, yaitu perjuangan untuk mendapatkan pengaruh (target duniawi) berbeda dengan perjuangan didasari iman kepada Allah*.
Dalam perebutan pengaruh, Allah membiarkan manusia menyiapkan kekuatan dan keseimbangan kekuasaan di tangan mereka. Siapa pun yang lebih kuat di antara mereka, maka mereka akan menang.
Adapun konflik dengan keimanan, kekuatan-kekuatan (antara mereka yang konflik) tidak harus sama dan tidak harus seimbang.
Semua tiran yang diazab/dimusnahkan Allah, Tuhan Yang Maha Perkasa dan Berkuasa dan memusnahkan mereka ketika mereka berada dalam puncak kekuatan dan kekuasaan.
Ketika Allah membinasakan Firaun, Ia tidak membinasakan Firaun dengan mengubah keseimbangan kekuatan (dengan Nabi Musa), melainkan membinasakannya saat ia mengklaim : *Akulah Tuhan kalian Yang Maha Tinggi*. Saat itu Fir’aun pada puncak kekuasaannya, sebagai panglima tinggi pasukannya yang bersenjata lengkap dan berbagai kekuatan lainnya.
Ketika Allah menghancurkan Nimrud, Dia tidak menghancurkannya di saat lemah, melainkan menghancurkannya saat Namrud berada di puncak kesombongannya, berseru kepada masyarakatnya : *Aku mampu menghidupkan dan mematikan manusia*
Ketika Allah membinasakan kaum Ad, Dia tidak membinasakan mereka dengan mengubah faktor-faktor perubahan atau menjungkirbalikkan timbangan. Dia memusnahkan mereka saat mereka berkata : *Siapa yang lebih kuat dari kami?*
Ketika Allah menghancurkan kaum Tsamud, Dia menghancurkan mereka saat mereka masih menguasai teknologi bebatuan di lembah-lembah.
Ketika Allah membuat pasukan Ahzab/multinasional (zaman Rasulullah di Madinah) kucar kacir di hadapan Parit sederhana, terjadi saat kaum Mukmin menghadapi suasana sangat genting dan menakutkan, seakan bumi yang luas menjadi sempit dan nyawa seakan sudah mencapai kerongkongan.
Begitu pula, *ketika perang di Gaza dimulai, saya pikir itu adalah salah satu babak perang yang akan berakhir seperti semua babak sebelumnya berakhir. Tetapi sekarang hati kecil saya mengatakan bahwa ini adalah babak terakhir (bagi Israel), Insya Allah.*
Sesungguhnya suasana tidak akan tetap seperti kondisi sekarang ini. Angin yang membuat pasukan Ahzab kucar kacir akan datang, Insya Allah dan angin Allah itu beribu bentuk dan rupa *dan tidak ada yang mengetahui prajurit Tuhanmu kecuali Dia*.
Kendati jika perang saat Gaza ini berakhir seperti putaran-putaran sebelumnya, maka perang baru akan mulai dari perang sebelumnya berakhir.
*Namun demikian, yang pasti perang ini sudah lama terjadi di luar kendali kita dan mereka, dan Tangan/Kekuatan Allah yang mengarahkannya*.
Saya tidak menentang rasionalitas, menyiapkan sebab-sebab (alasan), dan melihat realitas. Namun, rasionalisme material kebingungan di hadapan semua keteguhan (kekuatan Mujahidin dan masyarakat Gaza) ini, *karena segala sesuatu yang terjadi pada dasarnya sudah tidak dapat dicerna akal.*
Faktor ketersedian kekuatan yang seimbang atau rasionalitas gagal memahami semua keteguhan ini.
*Logika akan berkata bahwa negara-negara besar pun akan runtuh akibat semua pemboman dan agresi seperti dialami Gaza ini. Bagaimana mungkin Gaza dapat bertahan sedangkan luasnya wilayahnya sangat kecil, hanya 360km saja*.
Yang lebih mengherankan dari itu adalah, dengan geografinya yang datar, tanpa pegunungan, lembah, atau hutan. Wilayah seperti ini adalah wilayah yang mudah jatuh secara militer pada serangan pertama dari sebuah kekuatan persenjataan raksasa yang menguasai daratan, lautan, dan udara.
Mengingat perang Israel sebelumnya dengan tentara negara-negara Arab sekitarnya seperti tahun 967 dan 1987, berakhir dalam hitungan jam atau hari.
Sebab itu, membicarakan hal seperti ini dengan kalkulasi materialistis adalah pembicaraan yang sangat lemah.
Secara realitas sejarah, tidak ada penjajah itu abadi. Ini kebenaran mutlak dan tidak ada seorangpun yang membantahnya, terlepas dari keyakinan para pejuang kemerdekaan nya.
Setiap invasi dan penjajahan telah lenyap. Inilah yang diceritakan oleh sejarah kepada kita, dan semua penjajah akhirnya pergi.
*Invasi Zionis atas Palestina ini pasti akan berlalu, cepat atau lambat, dan semoga akan segera terjadi.*