Foto Kompas ini keren sekali. Super keren.
Menangkap dengan jelas momen terbaik dalam persidangan Jenderal pengedar narkoba.
Apa yang terjadi? Hakim memvonis Jenderal polisi ini dgn hukuman seumur hidup. Mereka tersenyum lebar. Yes! Yes! Tidak jadi hukuman mati.
Jenderalnya tersenyum lebar. Pengacaranya juga dong, tersenyum lebar. Misi berhasil. Cuan. Gajian.
Lupa sudah, jika Jenderal ini terbukti menjual sabu yang disita dari pengedar. Itu sabu dia jual lagi dong. Bayangkan, Jenderal polisi, ikut mengedarkan sabu. Jika kita itu benar2 mau melawan narkoba, hukuman mati bahkan masih terlalu ringan. Orang ini jenderal polisi, bukan pengedar biasa.
Tapi begitulah, semua tersenyum senang. Happy. Banding juga dong. Pengacara juga senang. Masih panjang dan banyak cuannya.
Dan lagi2, kita lupa semua. Masalah ini bukan berapa gram itu sabu, bukan dikit atau banyaknya itu sabu, bukan berjasa atau tidaknya itu jenderal polisi. Melainkan: 1. Jenderal polisi. 2. Terlibat mengedarkan narkoba. Gabungkan 2 fakta ini. Terbukti bersalah. Eeeh, dihukum ringan saja. Seumur hidup. Nanti di penjara gimana dong? Bukankah di Indonesia itu penjara bisa kayak kamar hotel, dan malah ada napi yg tetap mengedarkan narkoba?
Malah nambah2in biaya negara buat ngasih makan orang2 ini.
Tapi baiklah jika ini tdk penting. Selamat datang NARKOBA!
*Tere Liye, penulis novel ‘TANAH PARA BANDIT’, di novel ini, ada loh polisi2 yg jualan narkoba, dll
LUAR BINASA WAKANDA, PARA KEPARAT HUKUM NYA….
KAMI RAKYAT, SANGAT DIRUGIKAN…
KAMI TIDAK BISA MENUNTUT KALIAN DI SINI AKAN KAMI TAGIH KALIAN DI PENGADILAN AKHIRAT