Suasana damai tak bertahan lama. Ketenteraman terusik kembali. Indahnya kehidupan masyarakat dan lingkungan yang ramah, terganggu bersamaan datangnya mesin perang dan bala tentara Pakistan. Orang-orang mulai meninggalkan wilayah lembah yang begitu indah. Lembah Swat. Wilayah lembah yang berada di kaki gunung Hindu Khoost itu, mulai ditinggalkan penduduknya. Ratusan ribu orang hanya membawa barang seadanya, meninggalkan kempung halaman mereka.
Kepergian ratusan ribu penduduk Lembah Swat itu, tak lama, sesudah pemerintah Pakistan, di mana Presiden Asif Ali Zardari, menandatangani persetujuan diberlakukannya syariah Islam di wilayah itu. Bersamaan itu, Taliban melakukan penetrasi militer, ke wilayah tetangganya Buner, yang hanya berjarak 100 kilometer dari ibukota Islamabad. Keputusan Islamabad ini dinilai oleh kalangan Barat, sebagai kemenangan kelompok Taliban, dan mengancam stabilitas Pakistan dan kepentingan AS dan sekutunya, yang sekarang sedang berperang di Afghanistan melawan Taliban.
Tak kurang, Perdana Inggris Gordon Brown, berkunjung ke Islamabad, dan mengucurkan bantuan sebesar 300 juta dolar kepada Pakistan, tujuannya untuk memerangi Taliban. Menhan AS, Robert Gate dan Jendral Mc.Mullen, Panglima Pasukan Komanda AS di Afghanistan mondar-mandir ke Islamabad. Menlu Hallary Clinton juga berkunjung ke Islamabad, bertemu dengan seluruh pejabat tinggi Pakistan. Utusan khusus Presiden Barack Obama, Richard Holbrooke, terus melakukan perundingan dengan pejabat Pakistan dan Afghanistan, mencari cara yang tepat untuk membasmi Taliban. Para diplomat sibuk ingin mencari tahu, tentang perkembangan politik dan keamanan kepada para pejabat Pakistan. Apakah Pakistan masih dapat bertahan menghadapi ‘offensive’ Taliban?
Ketika itu, Barat (AS dan Uni Eropa) menjadi panik, sejak Lembah Swat jatuh ke tangan Taliban, dan kelompok pejuang yang sangat puritan, dan mempunyai cita-cita menegakkan syariah di seluruh Afghanistan dan Pakistan, terus melebarkan pengaruhnya, bukan hanya di Afghanistan, tapi juga bertekad melebarkan pengaruhnya di seluruh Pakistan, dan ingin mendirikan negara yang berdasarkan syariah Islam. Barat menggigil ketakutan, dan sekarang mereka melakukan mobilisasi kekuatan mereka untuk membasmi kekuatan Islam, yang sekarang sedang menuju kemenangan.
Di tengah-tengah arus pengungsi yang jumlahnya mencapai 500.000 orang, dan jumlah ini sudah dikonfirmasi kepada Gubernur Wilayah NWFP, Mian Ifthikar, dan menurut pejabat ini, jumlahnya akan terus meningkat. Pengungsian besar-besaran ini, tak lain, sesudah militer Pakistan, diperintahkan oleh Asif Ali Zardari, menyerbu Lembah Swat. Perintah Zardari ini, tak lain atas desakan dari Washington. Sekarang, Presiden Barack Obama, Presiden Pakistan Asif Ali Zardari, dan Presiden Afghanistan Hamid Karzai, berada di Gedung Putih, Rabu waktu setempat. Mereka bertiga berunding, bagaimana strategi yang akan dibangun untuk menghancurkan seluruh kekuatan militan Taliban dan al-Qaidah. Gedung Putih, Islamabad dan Kabul, tiga segitiga ‘setan’ ini, terus berupaya untuk menghadapi kekuatan pejuang Taliban dan al-Qaidah. Mereka para pemimpin ketiga negara itu, melakukan sebuah kesepakatan untuk tidak membiarkan berkembang biaknya kekuatanTaliban dan al-Qaidah di wilayah itu.
“Al-Qaidah dan kekuatan aliansinya (Taliban), mereka hidup di dua wilayah negara, Pakistan dan Afghanistan, dan akan menjadi tantangan masa depan demokrasi”, tegas Obama. “Al –Qaidah juga berencana menyerang orang-orang AS dan masyarakat dunia, dan serangan itu akan dilakukan dari dua wilayah negara itu”, tambah Obama. Obama dengan sangat mudah memberikan stigma, bagi setiap gerakan yang mereka ingin menegakkan cita-cita Islam, sebagai militan dan menjadi ancaman dunia.
Hal ini, sama seperti yang dikemukakan oleh Netanyahu dan Menlu Israel Avigdor Leiberman, yang mengatakan, bahwa Pakistan dan Afghnistan, menjadi ancaman utama bagi keamanan dunia. Bukan lagi Iran yang menjadi ancama keamanan global sekarang ini. Menurut pemimpin partai sayap kanan yang berkuasa di Israel sekarang, Pakistan dan Afghanistan, yang tidak stabil, dan mempunyai arsenal nuklir, akan jauh lebih berbahaya, jika kedua negara Itu jatuh ke tangan kaum militant.
Maka, seperti halnya pemimpin partai sayap kanan Israel, Presiden Barack Obama, juga sudah memerintahkan Menteri Pertahanan AS, Robert Gate, memobilisasi pasukan AS, yang sekarang ini masih berada di Iraq untuk dipindahkan ke Afghanistan. Obama menargetkan sampai akhir tahun ini,jumlah pasukan AS di Afghanistan dapat mencapai 100.000 pasukan. Ini merupakan refleksi kegelisahan Gedung Putih, yang melihat wilayah Pakistan dan Afghanistan, yang tidak stabil dan rapuh, dan semakin meningkatnya kekuatan kaum militant.
“Kami akan bekerjasama dengan saudara kami Karzai dan Zardari untuk mencabut ‘cancer’, yang sekarang bersarang ditubuh negara Pakistan dan Afghanistan”, ujar Obama. “Kami akan menghadapi ancaman bersama dari Taliban”, tambah Obama. Sementara Menlu AS Hallary Clinton, menyatakan kunjungan Zardari dan Karzai ke Washington, sebagai ‘tonggak sejarah penting’ kerjasama dalam menghadapi ancaman. Perang tak pernah usai. Dan, kekacauan itu, siapa lagi yang menyulut, tak lain, mereka yang menjadi kroninya Zionis-Israel. Mereka dengan sangat mudah menggunakan kata ‘ancaman keamanan’, dan lalu menggerakkan mesin perang mereka, lalu membunuhi orang-orang yang tidak berdosa.
Militer AS di Afghanistan sudah membunuh ribuan orang yang tidak berdosa. Dan, selalu yang menjadi korban serangan udara AS, tak lain, penduduk sipil yang mereka tidak memiliki peran apapun, ketika konflik itu terjadi. Tapi, mereka sudah menjadi korban. Tapi, semakin banyaknya korban dikalangan rakyat sipil, itu berarti semakin memupuk kebencian dari kalangan rakyat. Maka, semakin dekatnya ajalnya para penjajah Barat. Segitiga ‘setan’ itu, tak bakalan dapat terus bertahan di Pakistan dan Afghanistan.
AS, Israel, dan Uni Eropa, yang selalu menempatkan Islam sebagai musuh, akhirnya mereka akan menemui kegagalan. Seperti Uni Soviet yang gagal di Afghanistan. Sekarang ini akan diulangi lagi oleh AS dan sekutunya, yang ingin membasmi Taliban, Al-Qaidah, dan para pejuang lainnya, yang menginginkan negara mereka merdeka dan terbebas dari penjajahan asing. Wallahu ‘alam. (mashadi)