Oleh : Geisz Khalifah
Anies bersedia maju di Jakarta karena ada aspirasi warga yang meminta dia maju kembali mempimin jakarta. Juga Dewan Pimpinan Wilayah Partai mempunya aspirasi yang sama. Yaitu PKB, Nasdem, PKS. Kemudian ketiga partai itu melakukan deklarasi mendukung Anies.
Lalu terjadilah operasi jahat dilakukan terhadap Partai2 yang ingin mengusung Anies. Spt Nasdem juga PKB (Dioperasi). Juga Iming2 thd PKS dgn sarat tak boleh mencalonkan Anies. (Cerita detailnya terlalu panjang, namun bocor alus Tempo sudah menayangkan tentu saja ada info yg patut dikoreksi, terutama soal waktu yg diberikan oleh PKS . Soal jadwal waktu itu tidak ada dalam komunikasi dgn Anies tentang batas waktu tersebut).
Bahkan saya mengajak dua orang petinggi dari partai itu dan satu orang kadernya, untuk melakukan mubahallah atas kebohongan pernyataan mereka di publik dan mereka menolak untuk Mubahallah.
Saya tak mau lagi berdiskusi beradu argument karena hanya akan beralasan macam, maka agar ada konsekwensinya. Dalam bicara di depan publik maka saya mengambil langkah sederhana. Agar siapa yg berbohong maka dilaknat Allah. Saya siap melakukannya krn mereka mengatakan sebagai partai Da’wah.
Akhir cerita Ketiga partai itu balik arah tak lagi mengusung Anies.
Lalu Anies diundang ke DPD PDIP Sabtu 24 Agustus 2024. Kemudian pada hari minggu malam tgl 25 Agustus 2 elit PDIP mendatangi Anies di Markas Anies di Jakarta Selatan untuk menandatangani berkas. (Ada bukti fotonya).
Senin 26 Agustus Anies diminta hadir ke DPP PDIP utk bertemu dgn Rano Karno. (Ada rencana Deklarasi). Anies diminta hadir di gedung belakang DPP PDIP, bertemu dengan Rano Karno dan teman2 PDIP.
Kemudian mendadak terjadi “perubahan situasi” yg kemudian dikatakan utk ditunda. lalu sore hari terjadi perubahan nama. Yang kemudian dicalonkan Adalah Pramono Anung dan Rano Karno. Cerita dibalik itu adalah cerita yg sama dengan partai2 sblmnya yg mendukung Anies namun lebih kompleks.
Kamis 29 Agustus santer diberitakan Anies diminta maju oleh PDIP untuk maju di Pilkada Jabar. Permintaan itu memang ada.
Namun demikian berbeda dengan Jakarta. di jakarta Anies bersedia maju karena ada aspirasi warga maupun dari DPW dan DPD partai. Akan tetapi untuk Jawabarat, tak ada permintaan atau aspirasi dari warga maupun Dewan Pimpinan Daerah Partai tsb di Jawabarat.
Anies mengucapkan terimakasih atas permintaan tersebut, namun Anies tidak bersedia karena permintaan tersebut semata – mata atas pilihan partai bahkan tak pernah terdengar warga Jawabarat meminta Anies maju di daerah tersebut maupun ada aspirasi dari Dewan Pimpina Daerah partai.
Bagi Anies yg seperti itu secara moral dia tak pantas menerima amanat itu, karna bukan kehendak warga Jawabarat.
Anies bukan mengejar jabatan oleh sebab itu dia tak bersedia dan secara moral tidak etis.
Walau secara pemilih di Jawabarat Anies mendapat 31% suara pada saat Pilpres.
Berbeda dengan Ridwan kamil yang secara aspirasi datangnya dari warga Jawabarat untuk dia maju di daerah tersebut. Namun tak ada permintaan dari warga Jakarta utk dia maju di Jakarta, namun Ridwan Kamil memilih untuk mengikuti keinginan Partai bukan keinginan warga Jawabarat, oleh sebab itu dia bersedia untuk maju di Jakarta bukan di Jawabarat.
Dengan demikian kandaslah sudah semua ikhtiar warga Jakarta (mendatangi partai2) untuk mengusung Anies maju di DKJ. yang berakhir dengan tak jadi berlayar. Karena operasi jahat dilakukan dengan sempurna.
Dan tanpa mengurangi rasa hormat terhadap warga Jawabarat dan Partai yg ingin mengusungnya. Anies mengucapkan apresiasi yang setinggi – tingginya.
Anies juga berterimakasih kepada semua warga Jakarta yang telah berikhtiar semaksimalnya juga kepada semua partai yang pernah berusaha mendukungnya.
Perjuangan masih panjang. Kita semua tak akan berhenti untuk melakukan kebaikan untuk negeri tercinta (sumber tulisan Geis Chalifah, 29/8/2024)