Klaim gerakan mahasiswa dan energi yang tersisa malah terjebak secara menyedihkan untuk dukung-mendukung berbagai faksi elit dan atau kepentingan kelompok; yang seharusnya dipergunakan untuk melakukan pembelaan terhadap problem buruh, petani, dan sektor tertindas lainnya serta aksi-aksi menentang segala kebijakan ekonomi-politik penguasa yang salah.
Konsolidasi demokrasi harus terus berjalan walau di bawah rezim yang “seakan humanis dan populis” yang terlegitimasi berbagai prosedural demokrasi. Bahaya otoritarianisme dapat muncul kembali bila tak ada kekuatan oposisi yang mumpuni dan terorganisasi. Gerakan mahasiswa dapat berperan sebagai katalisator dan provokator (memajukan kesadaran politik rakyat) demi menjaga dinamika dan arah kebijakan pembangunan negara.
Gerakan mahasiswa harus mampu menjadi gerakan politik yang bermoral; sebuah gerakan yang berpihak kepada rakyat dengan tuntutan ekonomi-politik yang jelas dan konsisten disertai dengan penerapan strategi-taktik, program perjuangan, dan pemilihan aliansi yang demokratik, cerdas dan tepat, juga tidak boleh menjadi subordinat kekuasaan dan atau pertarungan elit. Aksi, evaluasi dan refleksi kritis gerakan mahasiswa harus dimulai kembali sejak sekarang sebelum keresahan rakyat yang laten meledak dalam bentuk yang salah.
Gerakan mahasiswa dan para aktivisnya harus renungkan kutipan berikut ini: “Sebuah perjuangan yang sejati, yang lahir dari kedalaman keyakinan iman dan rasa tanggungjawab kemanusiaan, tidak akan gentar menghadapi konsekuensi dari perjuangan ini. Sejatinya, sebagai manusia saya lemah. Tetapi saya tidak dapat membiarkan diri buta hati terhadap saudara yang lemah, cemas dan gelisah. Apa pun konsekuensinya, saya senantiasa berjuang bersama mereka yang selalu kalah dan menjadi korban dalam derap langkah pembangunan negeri ini” (Pleidoi Rm. Frans Amanue Pr, Ketua Komisi Keadilan dan Perdamaian Keuskupan Larantuka di depan Pengadilan Negeri Larantuka, 11 November 2003).[kl/krf]
——-
Tulisan ini pernah dimuat di kolom Opini SKH Lampung Post (Media Indonesia Grup), Selasa, 4 Agustus 2009. Diketik ulang dan disebarluaskan kembali guna penanda pengingat sejarah gerakan mahasiswa Indonesia, dengan perlunya pembaharuan data ekonomi-politik per 27/9/2017. Terima kasih (RT).
* Ricky Tamba SE adalah Pegiat Jaringan ’98, mantan aktivis mahasiswa Gerakan Reformasi 1998
https://m.eramuslim.com/resensi-buku/resensi-buku-buku-fenomenal-ensiklopedia-akhir-zaman-patut-dimiliki.htm