by M Rizal Fadillah
Count Dracula adalah Raja Wallachia atau Rumania dikenal dengan nama Pangeran Vlad IIII yang berkuasa tahun 1448 lalu 1456 hingga 1462 dan 1476. Raja kejam ini biasa menyula korban atau musuh-musuhnya. Kesadisan menusuk dari dubur sampai kepala tujuannya adalah untuk menakut-nakuti atau membuat gentar siapapun.
Count Dracula menjelma dalam cerita fiksi sebagai vampir penghisap darah karya Bram Stoker. Novel dengan kisah menyeramkan ini telah dibuat berbagai film.
Sifat kejam, meneror dan menakut-nakuti adalah karakter Count Dracula baik yang asli maupun fiksi.
Karakter jahat dan teroris kini dapat dibandingkan dengan Quick Count versi perusak demokrasi dalam Pilpres 2024 di Indonesia. Quick Count adalah angka prosentase yang jahat, meneror sekaligus menipu. Membuat orang gemetar melihatnya. Count Dracula asli menusuk dubur, Quick Count berbasis pencoblosan. Count Dracula fiksi menghisap darah, Quick Count menghisap angka-angka suara.
Betapa hebat King Maker yang bernama Quick Count tersebut. Lawan-lawannya dibuat takut akan kekejaman Pangeran Quick yang sebenarnya tidak bisa berhitung itu. Cuma pandai berbohong. Ujungnya semua harus percaya dan tunduk pada kebohongannya. Quick Count adalah kepalsuan yang harus diakui nyata. Real Count nantinya wajib menyesuaikan. Ini kecurangan dahsyat.
Quick Count adalah kejahatan terstruktur, sistematis dan masif. Buktinya hasil Quick Count, yang memenangkan secara fantastis Prabowo Gibran, langsung direspons dengan deklarasi kemenangan. Sungguh disain keji ini melanggar etika. Ironi, hitungan realita belum selesai, Prabowo Gibran sudah deklarasi kemenangan. Menista KPU sekaligus merendahkan rakyat. Ini namanya menor dan horor.
Vlad III atau Count Dracula masa kecilnya dididik di Kesultanan Utsmaniyah dalam rangka persahabatan Turki-Wallachia. Namun kemudiannya Vlad III berkhianat dan memusuhi umat Islam, bahkan membunuh pasukan muslim Turki Utsmani. Count Dracula “Impaler” Vlad III akhirnya dikalahkan oleh pasukan Usmaniyah pimpinan Muhammad Ali Fatih dalam pertempuran Snagov. Akibat kejahatan dan kekejiannya, maka kepala Count Dracula dipenggal.
Quick Count adalah kejahatan demokrasi yang menipu rakyat Indonesia dengan prosentase palsu. Disain kejahatannya adalah Real Count yang menyesuaikan dengan kepalsuan Quick Count. Konon ada 50 juta DPT aneh yang bisa digunakan untuk penyesuaian angka. Bukti lain adalah banyaknya kartu suara yang sudah tercoblos untuk pasangan Prabowo Gibran.
KPU dan Bawaslu seharusnya menghentikan Quick Count yang mengarahkan opini dan meneror. Persoalannya adalah bahwa rakyat ragu akan independensi keduanya. Jika KPU dan Bawaslu ikut menjadi tim sukses Prabowo Gibran, maka celakalah bangsa ini. Wasit yang ikut aktif bermain.
Count Dracula jadinya bukan hanya Prabowo Gibran tetapi juga KPU dan Bawaslu. Moga saja semuanya tidak. Belajar dari sejarah, kejahatan dapat menang untuk sementara tetapi akhirnya adalah kekalahan. Count Dracula yang berjaya harus tewas di tangan musuh yang semula dizaliminya. Pasukan Islam.
Penjahat Demokrasi dan pelanggar Konstitusi layak untuk dihukum mati. Quick Count harus dipenggal.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 17 Februari 2024