Eramuslim.com – Exit polling berbeda dengan Quickcount, walau keduanya sama menginformasikan perkiraan tentang hasil pemilu. Exit poll menanya orang yang baru selesai mencoblos, “Anda pilih siapa?” Lalu dari seribu orang yg ditanya ia akan menghitung bahwa X% pilih A dan Y% pilih B.
Sementara itu Quickcount tidak menanya orang tetapi mencatat hasil penghitungan suara di TPS. Ia mencatat dan kemudian merekap hasil hitungan dari 1000 TPS, lalu mengeluarkan hasil hitungannya X% pilih A dan Y% pilih B, Exit Poll di atas.
Di dalam kebiasaan polling dan riset politik di Indonesia, kejujuran adalah nomor sekian. Kebanyakan pollster bekerja untuk memenangkan klien yg membayar. Polling mereka pakai sebagai alat pembentuk opini publik. Angka yang mereka sajikan ke publik, tak peduli benar atau tidak, harus menguntungkan klien.
Pada pilpres 2014 perusahaan2 polling itu secara bersama2 membangun opini publik bahwa Jokowi-JK menang terhadap Prabowo-Hatta.
Opini tersebut dibutuhkan untuk mengkondisikan simpati dan dukungan KPU, Panwaslu, dan aparat negara lainnya. Simpati dan dukungan tersebut muncul karena kecenderungan orang untuk membantu pemenang.
Simpati dan dukungan itu diperlukan sebagai pembuka pintu untuk rekayasa besar penghitungan suara yg sedang berjalan di PPK dan Kokab.
Jadi mari kita sikapi exit poll dan quickcount seperti sampah. Buang ke tempat sampah dan tidak usah disebar-luaskan. Mereka mensuplai data palsu dan mencurangi publik. Mereka tidak berguna dan adalah pengkhianat2 demokrasi.*
*) Penulis: Radhar Tri Baskoro, Pengamat Politik
(sumber)
BEST SELLER BUKU PEKAN INI, INGIN PESAN? SILAHKAN KLIK LINK INI :
https://m.eramuslim.com/resensi-buku/resensi-buku-diponegoro-1825-pre-order-sgera-pesan.htm