Puja-Puji di Istana dan Kenangan Jelang Tumbangnya Orde Baru

Eramuslim.com

Puja-Puji di Istana dan Kenangan Jelang Tumbangnya Orde Baru

Oleh: Abdul Rachman Thaha (ART)

Anggota DPD RI

Tujuh ketua umum dan sekjen parpol serta Jokowi bertemu di Istana, dan para elit parpol itu membanjiri Jokowi dengan puja-puji.

Bahwa mereka menilai Jokowi berhasil dalam penanganan situasi pandemi, sah-sah saja. Tapi ketika itu dilakukan dalam sebuah pertemuan di Istana, maka beda lagi tafsirannya.

Di Istana, Jokowi adalah Presiden. Presiden bagi semua pihak dan semua parpol. Termasuk kalangan dan parpol yang mengambil sikap oposisi terhadap pemerintah.

Dengan statusnya sebagai presiden bagi semua tersebut, maka seharusnya bukan hanya parpol pendukung saja yang semestinya diundang ke Istana.

Parpol oposisi pun seharusnya diundang. Konsekuensinya, sebagai presiden, Jokowi sepantasnya tidak hanya menyediakan waktu secara khusus bagi puja-puji.

Waktu khusus bagi kritik tajam pun sewajarnya diadakan pula, dan Jokowi–selaku presiden juga bagi kalangan oposisi–pun harus mau menyimaknya. Lakukan itu di Istana.

Lain hal sekiranya pertemuan perayaan itu diselenggarakan di kedai kopi, di penginapan, atau di lapangan terbuka. Bolehlah yang diundang hanya parpol pendukung saja.

Alhasil, saya memandang pertemuan dan pesta puja-puji di Istana itu sebagai wujud tidak proporsionalnya para elit koalisi dalam memosisikan diri.