Bangkrutnya beberapa BUMN seperti diantaranya bank Mandiri, BRI akibat pinjaman hutang 50 juta dolar ke negara China, sehingga sabagian besar sahamnya dioper alih kepada Negara China.
Pinjaman hutang kepada negara cina dan hutang luar negeri yang terus membengkak, serta pengurasan dana masyarakat BPJS termasuk dana haji, dipakai presiden Jokowi untuk membiayai proyek mercu suarnya yakni pembangunan infrastruktur yang mangkrak.
Selanjutnya impor kebutuhan pangan baik impor garam, beras, bawang dan sebagainya telah menimbulkan keresahan petani lokal dan membuat Kabuloq ‘Buwas’ berang. Disaat petani lokal panen pangan dan gudang Bulog penuh beras, ada apa malah pemerintahan melakukan kebijakan import pangan?
Variabel-variabel atas kondisi sosial, ekonomi dan politik yang terjadi di tanah air yang sangat memprihatinkan sejatinya telah menggerus begitu dalam suara petahana. Tidak aneh kegiatan deklarasi ganti presiden 2019 bergaung mendapat sambutan masyarakat luas sangat antusias dan membuat rezim panik.
Anehnya lembaga survei ujug-ujug selalu merilis sutvei JOKMAR ‘sang paslon digdaya’ dan memicingkan mata atas fakta yang ada.
Jangan-jangan lembaga survei melakukan riset asal-asalan atau tidak pernah melakukan sama sekali. Konten hasil survei lama saja diganti tanggal dan namanya. Disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan pemesannya saja.. Buat apa bagi mereka mau bersusah payah melakukan kerja ilmiah, namanya juga mengejar bayaran.[]
Penulis: Martimus Amin (The Indonesian Reform)