Namun, seperti yang saya sempat ingatkan dalam tulisan saya setahun yang lalu. Sisi rawan dari GMO ini adalah dapat menggantu keseimbangan lingkungan. Sehimgga isu penggunaan GMO di Indonesia tetap mengundang kontroversi hingga sekarang.
Agenda Tersembunyi AS di Bidang Agro Ekonomi-Bisnis di Indonesia
Ada yang mengkhawatirkan di Indonesia ketika menyorot soal GMO dan agenda tersembunyi AS dalam usahanya menguasai dan menonopoli sektor agrobisnis di Indonesia. Bahwa masalah GMO semata-mata hanya dilihat segi keuntungannya dalam pemgembangan industri agro ekonomi (Ekonomi Pertanian), sehigga mengabaikan adanya faktor ancaman merembesnya kepentingan-kepentingan korporasi multinasional yang bergerak di bidang Agro Ekonomi yang sepenuhnya mendapat dukungan dari Pemerintahan Amerika Serikat, untuk memonopoli pasar Agro Ekonomi di Indonesia.
Apalagi kalau kita telisik fakta-faktanya, sudah beberapa tahun terakhir ini, pemerintah Amerika Serikat telah menggunakan beberapa negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, sebagai tempat untuk melakukan eksperimen (percobaan) Poligon GMO.
Salah satunya adalah, benih terminator, hasil produksi Monsanto. Kira kira beginilah jalan berpikir Monsanto.
Normalnya sebuah tanaman akan menghasilkan biji yang kemudian biji tersebut dapat ditanam kembali, sehingga keberlanjutan kehidupannya dapat terjaga. Tetapi hal tersebut merupakan ancaman bagi produsen benih.
Petani tidak akan membeli benih lagi ke produsen tersebut, karena petani dapat membudidayakan tanaman dari benih yang pertama ia tanam. Untuk itu, produsen benih kemudian membuat benih yang steril, dimana biji yang dihasilkan oleh tanaman dari benih tersebut tidak dapat ditanam kembali, yang membuat petani menjadi bergantung pada benih tersebut.