Prospek Damai Timur Tengah di Tahun 2010


Tahun 2009 akan segera berlalu dalam waktu hanya tidak kurang dari dua pekan lagi. Banyak yang sudah terjadi di dunia internasional pada tahun 2009, utamanya berkaitan dengan kondisi umat Islam.

Mau tidak mau, kita harus menganggukkan kepala bahwa 2009 adalah tahun yang juga kelabu untuk Islam—jika dilihat secara keseluruhan. Timur Tengah, yang menjadi patokan dan kiblat umat Islam, masih tak juga jelas langkah selanjutnya dalam membawa sekitar ,5 milyar umat Islam saat ini.

Beda misalnya dengan umat Kristen, yang tampaknya walaupun tidak mempunyai moral dan sikap yang jelas, mereka berada dalam koridor yang menaungi mereka dengan langkah-langkah pasti dalam institusi global yang menaungi mereka; kerajaan Vatikan. Yahudi? Jangan ditanya. Kita tentu sudah paham, bahwa mereka—walau hanya “segelintir”—tetapi berada di semua hal besar di dunia ini.

Kita tentu masih ingat, kita membuka 2009 dengan catatan buram tentang Israel yang menyerang Gaza pada Januari 2009. Lebih dari 1500 orang meninggal, dan hampir setengahnya adalah anak-anak. Kemudian, kita melihat inagurasi Barack Obama menggantikan George Bush yang sangat sentimen terhadap Islam. Setelah itu, ada pemilihan umum Israel yang mengusung kembali Benjamin Netanyahu sebagai perdana menteri-nya. Ada juga penambahan pasukan AS di Afghanistan yang jumlahnya mencapai puluhan ribu dengan dalih penyelematan pemilu Afghan pada 20 Agustus silam.

Selain itu, tidak (belum?) ada lagi peristiwa besar lainnya yang mengubah wajah Islam. Dunia masih memosisikan Islam sebagai teroris di seluruh pelosok bumi, da ala kuli haal, semua itu diterima dan dipercaya oleh sebagian besar orang yang bernafas di atas tanah ini.

Lantas bagaimana dengan prospek damai Timur Tengah di tahun 2010? Akankah ada perubahan besar?

Berbicara tentang perdamaian di Timur Tengah, maka akan selalu berbicara tentang Israel juga. Mengapa Israel? Karena, walau bagaimanapun, Israel yang dibangun di atas tanah jajajan Palestina ini menjadi pusat anomali di kawasan tersebut selama bertahun-tahun, dan sejarah sudah membuktikannya sendiri.

Saat ini, hanya ada dua negara Arab yang menjalin hubungan mesra dengan Israel: Mesir dan Yordan. Keduanya diyakini menjadi dua-duanya negara Arab yang mempunyai hubungan diplomatik dengan negara Zionis ilegal tersebut.

Saat ini, hanya Israel negara yang tidak begitu terpengaruh dengan krisis ekonomi dunia. Pun dengan melorotnya Dubai yang menjadi salah satu haluannya. Ini karena Israel mendapat dukungan penuh dari mana-mana, terutama Amerika dan Inggris.

Tahun 2009, Awal Keruntuhan Israel?

Operasi Cast Lead Israel tehadap Gaza adalah pintu gerbang yang membuka dan menyadarkan kesadaran kita bahwa dunia menjadi semakin kejam dan jahat pada tahun 2009. Walaupun “acara” ini sudah berakhir pada bulan Januari, 11 bulan yang lalu, namun semuanya akan tetap dirasakan selama bertahun-tahun yang akan datang.

Kesimpulan ini mungkin tampak aneh karena strategi pemalsuan untuk membenarkan agresi Israel tidak proporsional. Israel dibangun dengan sejarah pembantaian terhadap orang-orang Palestina, hingga tragedi Gaza hanya merupakan satu titik dalam sebelanga.

Desa Deir Yassin pada 9 April 1948, pasukan Zionis membantai 254 Palestina secara cuma-cuma untuk meneror warga Palestina lainnya agar melarikan diri dari rumah mereka. Truk besar melaju melalui daerah Arab dengan suara peringatan: "kecuali Anda meninggalkan rumah Anda, nasib Deir Yassin akan menjadi nasib terakhir Anda."

Dalam Cast Lead, Yoav Galant, komandan Israel di selatan, berkata keras: "[Tujuan kami adalah untuk] mengirim Gaza dekade ke masa lalu." Namun, banyak yang memprediksi bahwa jika sebelum-sebelumnya agresi Israel akan memberikan kejayaan kepada Israel, maka diyakini, sekarang ini agresi setahun yang lalu akan membuka semua aib Israel yang selama ini tersembunyi, seperti Holocaust. Era teknologi informasi global telah membuka mata semua orang akan kebenaran. Walau media Barat masih mendominasi, namun informasi tentang kejadian sesungguhnya di dunia ini juga tak terbendung.

Akankah ada perdamaian di Timur Tengah—setidaknya pada tahun 2010?

Untuk menjawabnya, mungkin perlu menganalisis beberapa hal di bawah ini.

• Uni Eropa mengajukan resolusi untuk mengakui perbatasan tahun 1967, termasuk Jerusalem. Israel jelas berada di belakang semua ini, namun Swedia, yang memegang kepresidenan, bersikeras bahwa perbatasan tahun 1967 dihormati , artinya konflik Israel dan negara-negara Arab akan terus terjaga, mengingat posisi Swedia yang sendirian dan rawan.

• Sebuah survei Pew Research Center di America yakin bahwa dua pertiga dari anggota Dewan Hubungan Luar Negeri percaya bahwa AS telah berlebihan dalam menguntungkan Israel.

• Yahudi Amerika menjadi kurang terpikat Israel, justru berkat situs-situs Israel. Tampaknya sumber berita seperti Ha’aretz mempunyai efek sial yang “menyegarkan” pikiran Yahudi. Dengan semakin meningkatnya jumlah orang Yahudi yang membaca langsung kekejaman Israel, mereka menjadi mengetahuinya dengan perspektif yang lain.

Dengan kondisi di atas seperti ini, seiring dengan dibukanya tahun 2010, tampaknya semua orang percaya bahwa perdamaian di Timur Tengah tak akan pernah tercapai, kecuali negara akuan bernama Israel itu pergi dari Palestina, seperti Belanda yang haram ada di muka bumi Indonesia, atau penjajahan-penjajahan lainnya. (sa/cbn/gfmedia)