Selama ini Ade Armando yang mengidap penyakit “Islamophobia” sepertinya kebal hukum dan dilindungi oleh rezim yang dijilatnya.
Bahkan ketika telah ditetapkan sebagai tersangka pun “di SP3” kan. Ketika SP3 dibatalkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan melalui gugatan praperadilan, kasus Ade tetap mengendap tak jelas.
Yang terakhir ini sesuai dengan keterangan dari LBH Street Lawyer yang sukses dalam menggugat praperadilan tersebut. Desakannya adalah kepolisian mesti menindaklanjuti kasus “penodaan agama” Armando.
Setelah dinyatakan kembali sebagai tersangka maka Ade Armando harus segera diproses tahap lanjutan di Kejaksaan. Tak ada alasan hukum untuk mengendapkan kasus si radikalis “Islamophobia” ini.
Kini bertambah lagi delik yang dapat disangkakan setelah pelaporan Fahira Idris atas pelecehan melalui meme dan editan foto Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai “Joker” bertuliskan “Gubernur Jahat Berawal Dari Menteri Yang Dipecat”. Ade sendiri mengakui menyebarkan editan tersebut dengan penuh kesadaran.
Kapolri baru sebagai mantan Kapolda Metro Jaya dan Kabareskrim Mabes Polri tentu sangat memahami status hukum dan persoalan Ade Armando. Nah, saatnya pak Kapolri membuktikan sikapnya yang kini dinilai menggembirakan publik itu untuk memerintahkan aparat penyidik agar serius memproses Ade Armando baik dalam kaitan putusan PN Jaksel maupun pelaporan anggota DPD Fahira Idris.
Bagi sebagian umat Islam Ade Armando adalah “radikalis” yang mesti diproses hukum. Ia kerap menyakiti hati umat.(*end)
Penulis: M Rizal Fadillah
Pemerhati Politik dan Keagamaan(rmol)