Sekali lagi, lalu yang antek asing itu siapa? nyinyir dan saling tuding antek asing, sama sama ngak ngaku, sama sama ngak punya data dan bukti kuat, sehingga yang ada sampah, namun ngak kecium baunya.
Baiknya, balik saja ke trayek awal substansi kampanye dengan narasi dan literasi yang bernas, kembali bahas janji kerja, visi misi, harapan baru. Sederhana, bagi seorang petahana fokus saja memainkan peran, bagaimana satu persatu memenuhi/menjawab janji kampanye tempo dulue, apa yang diinginkan rakyat satu demi terjawab, menjelaskan semua kerja keras, monumen prasasti keberhasilan/capaian pemerintah selama ini, agar masyarakat terpuaskan dengan kinerja petahana.
Peran yang coba dimainkan bagi sang penantang, imaginasi membaca sintemen perasaan publik. Seperti menjawab kegelisahan, ketakutan, kekhawatiran rakyat dan mencoba memberikan harapan baru, dari janji yang mengawang-ngawang tidak commen sense untuk dijalankan sampai janji yang realistik untuk dijalankan dan ditepati.
Meminjam istilah Prof Rahman; politik merupakan sebuah dunia tempat orang memberikan janji-janji yang tidak akan terpenuhi,serta mengucapkan kata kata yang memang dari semula telah direncanakan untuk memberikan kesan yang tidak benar bagi para pendengarnya. Semoga tidak berlaku pada politisi di Indonesia!
*) Penulis: Pangi Syarwi Chaniago, Analis Politik Sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting