Ingat pula, antara tahun 1850 sampai 1915, terdapat tujuh kerajaan dan banyak wilayah Indonesia di Sumatra, Jawa, Sulawesi, NTT dan lain-lain merupakan kerajaan suatu wilayah merdeka. Hanya dengan cara yang culas pemerintah Hindia Belanda memasukkan wilayah-wilayah tersebut ke dalam hukum administratifnya. Sekali lagi, yang mempersatukan bangsa Indonesia adalah para pemuda dengan Sumpah Pemuda 1928. Di situ bangsa dipersatukan dengan menjunjung tinggi bahasa persatuan Bahasa Indonesia.
Itulah bahasa Indonesia yang bersumber dari bahasa Melayu Riau yang tata bahasanya dibangun oleh Raja Ali Haji. Inilah model bahasa Indonesia yang dikehendaki M Yamin, Sanusi Pane, Tabrani, dan para pimpinan Kongres Pemuda 1926 dan 1928 lainnya. Inilah model bahasa yang dipakai Abdul Muis dalam menuliskan ekspresinya dalam roman “Salah Asuhan”.
Alhasil, jangan coba-coba menafikkan sumbangan Riau dan tanah Melayu –dan seorang putera tanah Melayu-nya yang bernama Abdul Somad– dalam sejarah agung bangsa Indonesia.
Dan mudah-mudahan Tuhan menimpakan pembelajaran yang dapat membuat kita semua insyaf dari kejahilan.
[rol]
*) Penulis: Abdul Hadi WM, Penyair dan Guru Besar Falsafah Kebudayaan Islam Universitas Paramadina Jakarta