Abdul Somad, Tanah Melayu: SARA Berteriak SARA!

Alhasil, jelas sekali dalam banyak hal UAS  tidak bersalah. Dan di sini tidak jelas juga dan bukan alasan yang masuk akal untuk melarang orang berceramah. Sebab, sebagai konsekuensi kalau ada yang berkenaan melarang orang atas soal ceramah, maka banyak orang juga yang harus ditolak berceramah di beberapa daerah di Indonesia. Dan itu jelas tidak berlaku sepihak dan tidak bisa diperkecualikan pada satu seorang seperti UAS sendirian?

Di sinilah saya melihat juga adanya fenomena baru berupa ancaman perpecahan bangsa ini. Kini terlihat seolah-olah Indonesia itu dimiliki sekelompok orang, yang dicirikan mereka dengan menolak UAS. Dan saya mendengar sendiri banyak cara penolakan yang tidak adil seperti itu. Selain itu, mahfumlah, janganlah terlalu membesar-besarkan jasa pemimpin politik dengan melupakan peranan sarjana bahasa, penyair, penceramah, hingga budayawan.

Kalau dikaitkan dengan soal isu Wahabi, Hizbut Tahrir, hingga bantuan negara Arab Saudi untuk Indonesia, saya kira layaknya pepatah Melayu itu sebagai sebuah hal yang jauh panggang dari api. Apalagi, dalam tahun 1970-an dan 1980-an misalnya, kita banyak mendapat bantuan keuangan dari Arab Saudi. Banyak masjid dan pesantren yang telah berdiri atas bantuan Arab Saudi bukan?

Nah, mengapa sekarang kita baru bercuap-cuap menafikan bantuan itu? Bahkan, kini ada pengakuan dari seorang rekan bahwa pihak yang sedang membangun hunian sementara di Lombok akibat gempa itu sebagian berasal dari dari para ‘muhsinin’ Arab.

Untuk itulah adanya isu semua itu, saya merasa seperti ada rekayasa untuk memutuskan tali persaudaraan bangsa Indonesia yang Muslim dengan bangsa Arab. Padahal negeri itu dari dahulu sigap membantu Indonesia jika terjadi krisis. Bahkan, Arab Saudi adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.

Alhasil, adanya sosok UAS yang berasal dari Riau adalah sebuah anugerah Allah kepada negara ini masa sekarang. Apalagi wilayah dari mana dia berasal beserta seluruh kepulauan Melayu di sekelilingnya pun semenjak dahulu kala telah memberikan banyak sumbangan besar bagi terwujudnya integrasi bangsa Indonesia.

Ingat, selain kekayaan alam dan wilayah ada sumbangan Riau dan tanah Melayu yang tak terkira nilainya. Hal itu adalah bahasa Indonesia. Dan berkat bahasa Indonesia itulah tercipta suatu alat ampuh yang kemudian menjadi salah satu faktor penting pemersatu bangsa Indonesia. Asal usulnya bahasa nasional kita ini tak bisa dibantah berasal dari tanah itu. Selain itu, harus diingat pula tanpa bahasa identas suatu bangsa tidak wujud.

Ingatan dan catatan kazanah sejarah bangsa dan bahasa Indonesia yang dimaksud tersebut pun telah ada dalam Sumpah Pemuda 1928. Bahasa identas bangsa Indonesia adalah bahasa Melayu Riau yang tata bahasanya telah dikemas apik oleh berbagai pujangga, seperti Raja Ali Haji.