Apapun alasannya, entah demi siapa, yang jelas bukan demi rakyat. Penguasa selalu mengatasnamakan rakyat saat menetapkan kebijakan. Faktanya, kebijakan yang ada sama sekali tidak memihak kepentingan rakyat. Rakyat lelah, Pak. Lelah digombali, diberi janji manis, ujungnya ingkar dan khianat.
Kebijakan hari ini akan diingat rakyat. Ternyata pemimpin pilihan rakyat hanyalah citra di muka saja. Pada akhirnya, medot janji juga. Kami tak akan lelah megingatkan. Pemimpin hasil demokrasi hanya PHP. Menipu daya demi memuaskan nafsu berkuasa. Memoles citra demi menangkan suara.
Tidakkah ngeri akan peringatan dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam? Pemimpin pendusta adalah yang paling keras siksanya di hari kiamat.
“Ada tiga golongan yang tidak dilihat Allah SWT di hari kiamat, mereka tidak dirahmati, tidak diampuni dosanya, dan bagi mereka azab teramat pedih. Pemimpin yang pendusta, tua bangka yang berzina, dan orang miskin yang sombong.” (HR Abu Daud).
Jika masih belum takut juga, maka ingatlah doa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tentang pemimpin yang gemar menyusahkan rakyatnya.
“Ya Allah, barang siapa yang mengurus urusan umatku lalu dia menyusahkan mereka, maka susahkanlah dia. Dan barang siapa yang mengurus urusan umatku lalu dia mengasihi mereka maka kasihilah dia.” (HR. Muslim)
Terakhir, inilah ancaman bagi pemimpin tukang tipu, “Siapapun pemimpin yang menipu rakyatnya, maka tempatnya di neraka.” (HR. Ahmad).
Jika tangan rakyat sudah menengadah, tak ada penghalang antara dia dengan Allah Ta’ala. Doa orang terzalimi pasti makbul. Apalagi di bulan mustajab doa, maka berhati-hatilah menetapkan kebijakan. Mungkin kekuasaaan itu tak jatuh sekarang, tapi siapa berani menduga?
Kapan saja Allah bisa robohkan istana nan megah itu hanya dengan jentikan-Nya. Kisah Namrud dan Fir’aun harusnya cukup menjadi pelajaran berharga.
Pemimpin zalim tak ada yang bernasib mujur. (end)
*) Penulis: Chusnatul Jannah, Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban