Dalam teori massa, perpaduan massa dan pemimpin adalah sebuah jalan revolusioner. Sedangkan pilpres adalah jalan demokrasi, di mana kesadaran rakyat dapat dimanipulasi melalui pencitraan dan uang.
Apabila pilpres berlangsung damai, seharusnya demikian, maka jutaan massa 212 yang mendukung Prabowo dapat ditrasformasikan menjadi volunteer perjuangan Prabowo di akar rumput. Sebaliknya, Jokowi yang tanpa andalan massa militan, harus mampu membuktikan janji-janji politiknya 5 tahun lalu.
Penutup
Sebuah bangsa akan tumbuh besar jika arah sejarah bangsa itu dapat dikendalikan dan dimaknai dengan nilai-nilai sakral yang menguntungkan kebersamaan rakyatnya, baik sebagai sebuah bangsa, maupun dalam kesejahteraan. Peristiwa Reuni 212 adalah sebuah gerakan sosial yang militan, dengan cakupan isu identitas dan keadilan sosial.
Tugas elit bangsa kita adalah melihat fenomena ini secara jujur dan bertanggung jawab, yakni melihat secara jernih kemauan massa rakyat tersebut. Lalu memenuhinya. Bukan menyepelekan hal itu, karena bisa jadi sebuah gerakan massa yang sangat besar, seperti kata Tan Malaka, adalah awal dari revolusi sosial. [***]
Penulis: Syahganda Nainggolan, Direktur Eksekutif Sabang Merauke Circle [rmol]