Keadilan dan kemakmuran adalah awal dan akhir mimpi, semua bangsa. Dari gagasan besar itulah, kebijakan dan keputusan teknis dirancang untuk memberi bentuk atas deteilnya. Apa yang harus dilakukan, bagaimana prioritasnya, bagaimana realisasinya, kapan dan dengan apa, secara tepat, efektif, efisien dan legitim- adalah persoalan pemimpin.
Keadilan sama sekali bukan, apalagi semata-mata persoalan hukum. Kemakmuran juga bukan, apalagi semata-mata persoalan ekonomi. Keduanya adalah persoalan politik, dan persoalan politik, tidak bisa jauh, dalam sistem apapun, dari persoalan pemimpin. Pemimpin tidak lain, selain harus memiliki kepekaan. Dan kepekaan tidak pernah bisa lain maknanya selain merupakan kombinasi manis, elok, kecerdasan otak dan hati.
Kombinasi kecerdasan otak dan hati, membuat orang mengenal dirinya. Dan kala orang mengenal dirinya, dia akan mengenal esensi hidupnya, kunci mengenal akhir perjalanannya. Kala ini bertahta pada seseorang, ketulusan dan keihklasan akan bicara dengan suaranya yang khas. Pemiliknya akan dilarang, selalu begitu, untuk membangga-banggakan dirinya, termasuk apa yang telah, sedang dan akan dilakukan.
Prabowo, seperti selalu terlihat, dengan semua tampilannya sejauh ini, menemukan sambutan gegap-gempita, bergemuru tulus oleh ribuan orang setiap kali ia jumpa mereka. Cukup bernas, sejauh ini, Prabowo tak terlihat dirancang atau merancang dirinya sebagai orang sederhana. Ia apa adanya. Selalu seperti itu, apa adanya, untuk ukuran hidup dirinya.
Tetapi orang jenis ini, harus diakui, selalu ditakuti, digambarkan sebagai monster oleh segelintir orang, yang dalam gambaran John Coleman disebut Komite 300. Kelompok penikmat terbesar seluruh sumberdaya ekonomi, hukum dan politik yang selalu tak terlihat ini, dengan semua yang mereka miliki akan berusaha, dengan semua cara kotor, licik dan picik yang bisa, menghambatnya. Kelompok tak terlihat ini bekerja melalui banyak tangan cerdas menggambarkan, dalam nada menakut-nakuti, merendahkan dan menjijikan, menyesatkan untuk memastikan orang seperti Prabowo, terhalang jalannya meraih kursi kepresidenan. Ini soal terbesar yang harus dipikirkan oleh siapapun yang memimpikan Indonesia adil dan makmur, dan makmur secara berkeadilan.
*) Penulis: Margarito Kamis, Doktor Hukum Tata Negara, Staf Pengajar pada FH Universitas Khairun Ternate
BEST SELLER BUKU PEKAN INI, INGIN PESAN? SILAHKAN KLIK LINK INI :
https://m.eramuslim.com/resensi-buku/resensi-buku-diponegoro-1825-pre-order-sgera-pesan.htm