Sejarah pemerintahan demokrais Amerika, kelak menempatkan ambil misalnya William McKenly sebagai pemimpi hebat dalam menentukan arah ekonomi Amerika. Kalau bukan yang pertama, McKenly adalah presiden yang terkuat orientasi proteksionisme, sekaligus gigih dalam melambungkan diplomasi keras Amerika, sampai ke Asia. Tahu bahwa ekonomi Amerika mulai dikangkangi korporasi besar, dan hasil pertanian mulai terdesak oleh perdaganan antar negara, William mengegmpurnya. Ia menciptakan beberapa UU, khususnya UU tentang Tarif.
Tipikalnya ini dilanjutkan oleh Theodore Rosevelt, wakil presiden yang naik ke panggung kepresidenan menggantikan William yang mati terbunuh. Theodore menjadi presiden, dengan prestasi penggunaan executive order, dekrit, melapui Abraham Lincoln. Seperti William, Theodore juga sama keras sikapnya terhadap korporasi besar. Sikap kerasnya itu, dalam kenyataannya mengusik, ambil misalnya JP. Morgan.
Itu sekadar latar, betapa pentingnya pemimpin. Mereka, cukup jelas, dalam batas yang terlihat secara nyata, di miliki dan dipahami dan ditampilkan oleh Prabowo, jauh sebelum menjadi capres. Terbuka, tak buang badan, tak bicara hal tetek bengek, jauh dari dendam, tak bicara dirinya, misalnya membanggakan pengalaman memimpin. Ia terlihat tahu betul betapa sejarah akan menertawakan, bahkan bukan tak mungin mengejeknya, siapapun yang blak-blakan membanggakan dirinya.
Prabowo, tak mungkin tak mengetahui George Washington, William Mckenly, Dwight H. Eishenhower, Winston Churchill, John Kennedy, Pak Harto, dan Pak SBY, semua punya latar belakang militer. Bung Karno, Pak Habibie, Gus Dur, orang-orang sipil, yang semuanya tidak memiliki pengalaman menjadi presiden. Mereka semua -militer dan sipil- ini mencatat sukses pada level zamannya.