Pilkada 2018: Peringatan Dini Untuk Prabowo

Jika melihat parpol pengusung Joko Widodo dari 17 area tingkat provinsi versi QC, kinerja Partai Golkar memenangkan 9 area, Nasdem 10 area, Hanura 9 area, dalam konteks koalisi pengusung. Sedangkan kubu Prabowo Subianto, PAN 10 area, PKS 7 area, dan Partai Gerindra sendiri hanya di 3 area dari 17 area.

Menjadi pelajaran berharga bagi Kubu Prabowo Subianto (PS) karena masih ada waktu 9 bulan lagi untuk mengevaluasi elektabilitasnya yang tidak bergerak dari 20–30%. Seharusnya dengan penurunan elektabilitas Joko Widodo, otomatis bergerak ke PS, namun undecided voter (pemilih yang belum memutuskan) masih tinggi (25–35%).

PS perlu mengevaluasi dan mengantisipasi jika hanya mendapat dukungan PKS, PAN, dan PBB (Partai Bulan Bintang), apakah ini mencukupi mesin politiknya? Dengan melihat hasil Pilkada Serentak 27 Juni 2018 di 17 area versi QC, di tingkat provinsi tentu belum memperlihatkan hasil yang menggembirakan. Jika tetap mengharapkan skema Pilkada DKI Jakarta 2017, perlu olah momentum dan cipta kondisi yang mengarah pada politik sektarian versi Amien Rais, yaitu partai Allah versus partai Setan. Apalagi tokoh utama Gerakan 212 (2 Desember 2016) Habib Rizieq Shihab (HRS) sudah memperoleh SP3 (Surat Perintah Penghentian Penyidikan). Prinsipnya, tim sukses PS perlu kerja lebih keras dan persediaan logistik memadai untuk menghadapi petahana yang mempunyai keunggulan dukungan parpol signifikan dan fasilitas negara serta kinerja yang bisa digunakan sebagai alat kampanyenya.

PDIP sebagai pengusung utama Joko Widodo pada Pilkada 27 Juni 2018 unggul 3 dari 5 area utama, yaitu di Jawa Tengah (sebagai “Kandang Banteng”), Sulawesi Selatan, dan Bali. Ganjar Pranowo yang ramai dituduh terlibat kasus korupsi KTP-elektronik, tapi tidak besar pengaruhnya pada basis suara pemilih PDIP, dan mengungguli pasangan Nurdin Abdullah – Sudirman Sulaiman. Prof. Nurdin Abdullah sebagai jagoan PDIP di Sulawesi Selatan berhasil menumbangkan jagoan Partai Golkar (Nurdin Halid). Bupati Bantaeng yang berasal dari intelektual (Perguruan Tinggi) dianggap berhasil sebagai Bupati Bantaeng, memang pilihan yang tepat bagi Megawati Soekarnoputri. Walau begitu mereka keliru di Jawa Timur: Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Puti Guntur Soekarno (cucu Bung Karno); Jawa Barat (TB. Hasanuddin – Anton Charliyan); dan Djarot Saiful Hidayat (Sumatera Utara) yang juga gagal di Pilkada DKI Jakarta. Namun PDIP dibandingkan dengan Gerindra dan PKS, lebih berhasil di 5 area utama Pilkada Serentak 2018.

Hasil Pilkada Serentak 2018 Bagi Elektabilitas Joko Widodo

Walau di Jawa Barat PDIP mendukung TB Hasanuddin – Anton Charliyan, tapi secara pribadi Joko Widodo mendukung Ridwal Kamil – Uu Ruzhanul Ulum. Di Pilkada Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan dengan kemenangan PDIP, Joko Widodo ikut terangkat elektabilitasnya. Namun di Jawa Timur, walaupun PDIP mendukung Gul Ipul, secara pribadi kita tahu bahwa Joko Widodo lebih mendukung Khofifah Indar Parawansa, anggota kabinetnya.