Infiltrasi dan penetrasi ke jantung lawan, nggak mungkin pakai penumpang gelap atau penyusup. Karena itu sama saja menerapkan metode berterang terang dalam gelap.
Berterang-terang dalam gelap, itu bertentangan dengan pakem Datuk Ibrahim Tan Malaka. Bergelap-gelap dalam terang. Bermain di sarang lawan. Berpisah buat menyusun. Bersama buat memukul.
Sebagai metode gerakan politik, ini dimainkan oleh kawan maupun lawan. Ini soal adu cerdas. Maka itu, wacana penumpang terang guliran Mbak Rachma itu menarik.
Sebab wacana ini oleh Mbak Rachma pastilah dimaksudkan untuk mewaspadai infiltrasi, penetrasi dan perembesan lawan ke jantung daerah kita.
Dengan metode infiltrasi, penetrasi dan perembesan, maka para aktornya pun tidak akan mengandalkan apa yang disebut penyusup atau penumpang gelap.
Sebab citra penumpang gelap biasanya orang baru kemarin sore gabung, dan posisinya pun pinggiran. Kalau nyaleg buat partai tertentu, dia dipasang di urutan yang mustahil berhasil. Jadi para aktor klas penumpang gelap model gini tidak berbahaya. Mbak Rachma benar. Karena modeil gini kalau jadi trouble maker gampang terdeteksi. Malah lebih parah lagi, jadi kambing hitam.
Maka, para aktor yang dipasang sebagai infiltran, justru biasanya orang lama. Dan ditandem di sebuah organ pergerakan bahkan dari awal mula organ itu berdiri. Sangat dekat secara pribadi dengan pucuk pimpinan. Bahkan mungkin teman sejak muda atau remaja.
Sebab kunci keberhasilan infiltrasi dan penetrasi, kata kuncinya adalah trust. Kepercayaan. Jadi track record atau rekam jejak seorang inflitran justru harus orang yang berkiprah lama pada sebuah organ.
Ketika jelang meletus gerakan G30S 1965, Anda pasti tahu yang namanya Syam Kamaruzaman kan? Aidit begitu percayanya sama Syam, sehingga Aidit mau aja disuruh bikin Biro Khusus PKI. Sehingga seluruh operasi yang dilakukan Syam, hanya Aidit yang tahu.