Perang Media Adalah Perang Istilah
- Pesan Pertama, gunakan istilah “Zionis” setiap kali kita menuliskan kata “Israel” atau “Yahudi”, yaitu menjadi “Zionis-Israel” atau “Zionis-Yahudi”.
- Pesan Kedua, gunakan istilah “Dunia Arab” dan jangan gunakan istilah “Timur Tengah”. Ini dua hal yang sangat berbeda. Jika kita menulis “Timur Tengah” maka secara tersirat kita telah mengakui eksistensi Zionis-Israel di Bumi Palestina. Sedangkan bila kita menggunakan istilah “Dunia Arab” maka secara tegas kita menolak keberadaan bangsa Zionis-Yahudi di wilayah Arab. Yahudi tidak termasuk rumpun bangsa Arab. Ini merupakan persoalan akidah, mungkin tanpa kita sadari.
- Pesan Ketiga, gunakan istilah “Teroris” kepada siapa saja yang melakukan upaya pengrusakan terhadap Masjid, membunuhi umat Islam, menindas kaum Muslimin, simbol-simbol Islam, memusuhi dakwah, dan sebagainya. Selama ini media Zionis berusaha keras menciptakan istilah “Teroris” untuk dilekatkan kepada umat Islam. Kita harus melawan ini. Umat Islam adalah umat yang mencintai keadilan, sebab itu siapapun yang melakukan upaya-upaya teror, dia adalah Teroris. Dan Zionis-Israel adalah “King of Terrorism”.
- Pesan keempat, terhadap pemberitaan yang bersumber dari media-media musuh dakwah, umat Islam harus mendahulukan suudzon terlebih dahulu, terlebih menyangkut berita-berita dari Dunia Islam. Tabayunlah terlebih dahulu sebelum menilai langkah-langkah apa yang diambil oleh saudara-saudara seiman. Dont judge a book by its cover. Dan sebaliknya, jika ada suatu berita dari saudara-saudara seiman, dari media-media dakwah, dahulukan huznudhon, walau juga harus ditabayunkan untuk hal-hal yang dianggap perlu. Tutupilah aib atau kekurangan saudara seiman, jika hal itu tidak menyebabkan kemudharatan yang lebih luas ke umat secara keseluruhan.
- Pesan kelima, terhadap media-media yang sudah jelas-jelas memusuhi Islam dan umat-Nya, atau jelas-jelas merusak akidah, maka boikotlah. Jika itu media TV, hapus salurannnya dari pesawat tv Anda di rumah. Tontonlah sesuatu yang bisa mempertinggi keimanan dan pengetahuan. Jika tidak ada, matikan saja pesawat tv di rumah dan bacalah buku-buku yang jauh lebih bermanfaat.
Seingatku pesan-pesan dari Ustadz Rahmat seperti itu, dan point-point di atas itu sangat bisa ditambahkan dengan yang lain-lain.
Seiring perkembangan zaman, dalam era media internet di mana peperangan media juga tidak kalah sengitnya, maka ada satu lagi yang harus kita lakukan yaitu,