Penyesalan Sang Presiden Pasca Periode Diperpanjang, Akankah Berulang?

Penyesalan Itu

Meskipun Presiden telah meminta agar para Menteri tidak lagi bicara soal penundaan pemilu atau wacana presiden tiga periode, namun belum tentu wacana ini akan padam begitu saja. Ibarat api dalam sekam, potensi untuk muncul kembali selalu terbuka lebih lebih saat ini dana untuk pelaksanaan pemilu 2024 belum di sepakati oleh pihak yang berwenang memutuskannya.

Selain itu munculnya desakan publik agar para Menteri yang sering bicara presiden tiga periode di copot dari jabatannya, nyatanya juga tidak ada realisasinya. Sehingga ada dugaan larangan yang dilontarkan Presiden agar Menteri tidak bicara soal penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden hanya sekadar basa basi belaka.

Oleh karena itu peluang masih terbuka dan bisa jadi larangan Presiden bagi para Menteri untuk bicara tiga periode merupakan jurus sementara untuk meredam gejolak yang begitu keras menolak wacana tersebut sebagaimana tergambar dari hasil survei beberapa Lembaga dan juga aksi massa yang dimotori oleh para mahasiswa.

Sebagai orang pertama di Indonesia yang sekarang masih berkuasa di periode keduanya kiranya bisa belajar pada nasib presiden sebelumnya yang nasibnya justru menggenaskan setelah diperpanjang masa jabatannya. Sebagai contoh presiden pertama Indonesia Soekarno jatuh setelah berupaya mempertahankan dan memperpanjang masa jabatannya. Ia terjungkal setelah 22 tahun berkuasa digantikan oleh Orba.

Nasib yang sama juga menimpa penguasa Orba yang menggantikan Orde lama. Mereka yang kemudian lengser setelah diperpanjang jabatannya pada umumnya menyesal setelah kursi yang diduduki itu tidak lagi ada digenggamannya. Presiden ke-2 RI Soeharto pernah mengungkapkan penyesalan terbesar kepada Jenderal TNI (Purn) LB Moerdani atau Benny Moerdani ketika menjenguk orang kepercayaannya itu di akhir masa hayatnya.

Saat itu Benny Moerdani sedang terbaring lemah di kasur perawatan RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.  Suara Soeharto nyaris tak terdengar ketika berkata kepada orang yang menjadi kepercayaannya. Pelan-pelan mata  jenderal besar ini berkaca-kaca sambil berkata :

 “Kowe pancen sing bener, Ben. Nek aku manut nasihatmu, ora koyo ngene (Kamu memang yang benar, Ben. Seandainya aku menuruti nasihatmu, tak akan seperti ini),” kata Soeharto seperti yang ditirukan oleh asisten Benny yang berada di ruang perawatan RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta. Demikian dikutip dalam buku Benny Moerdani Yang Belum Terungkap seri buku Tempo. Dua hari setelah dijenguk Soeharto, Benny meninggal dunia pada tanggal 29  Agustus 2004 .

Dalam peristiwa ini, Soeharto nampak merasa menyesal karena tidak mengikuti saran Benny yang memintanya untuk mengundurkan diri karena sudah lebih dari 20 tahun berkuasa. Sebuah saran yang sangat berharga namun diabaikan karena masih adanya ambisi untuk berkuasa dan adanya dorongan dari orang dekat lainnya yang membisikkan pesan bahwa dirinya masih di butuhkan oleh rakyat Indonesia.