Kini ketika akan kembali dari “pengasingan”, Menkopolhukam Mahfud MD membombardir dengan ungkapan status deportasi yang mengarah pada pembunuhan karakter tersebut.
Dengan perlawanan berupa tuntutan secara hukum siapapun pihak yang menyatakan bahwa HRS over stay atau status deportasi, maka Menkopolhukam kemudian “melunak” bahkan meminta agar aparat tidak melakukan tindakan represif terhadap massa para penyambut.
Kini HRS sudah kembali dengan rekor penyambutan yang bersejarah. Tapi ini bukan sekedar rekor-rekoran melainkan soal dimensi perjuangan.
Harapan umat terhadap kepemimpinan tokoh konsisten dan berani sangatlah besar. Nurani tak bisa dibohongi bahwa umat Islam sedang merasa terpinggirkan di rezim ini.
Revolusi Akhlak dicanangkan HRS untuk perubahan sosial dan politik. Akankah bergaung terus setelah sebelumnya ada gaungan revolusi moral dari Amien Rais untuk menggantikan revolusi mental Jokowi?
Pidato HRS di Petamburan setibanya dari penyambutan spektakuler di Bandara adalah Revolusi Akhlak.
Mampukah HRS dan umat Islam serta elemen bangsa lainnya menunaikan amanah dan melakukan perubahan akhlak bangsa yang dinilai telah sangat amburadul? Sejarah lagi yang akan menjawab.
Namun, penyambutan bersejarah 10 November 2020 dapat menjadi awalan dari spirit perubahan itu.
Reuni 212 pada Desember yang akan datang adalah langkah berikut.[]
(Penulis: M. Rizal Fadillah, Pemerhati politik dan kebangsaan)