Tentu pengkhiatan pertama adalah pengkhianatan kepada nilai-nilai dan Konstitusi Amerika yang menjunjung tinggi keadilan universal. Bagaimana mungkin adil jika pengakuan itu tidak mempertimbangkan kedua pihak yang (anggaplah memakai kata) bertikai. Palestina tidak dikonsultasi sama sekali. Palestina seolah dilempar ke tempat sampah untuk memuluskan jalan bagi Israel.
Pengkhianatan kedua adalah bahwa sebelum Donald Trump terpilih dalam peristiwa kecelekaan demokasi Amerika, telah banyak presiden Amerika sebelumnya yang berusaha dengan sungguh-sungguh memediasi perdamaian Palestina dan Israel. Kesepakatan demi kesepakatan telah ditanda tangani oleh pihak-pihak yang bertikai. Tapi tak seorangpun di antara presumiden itu yang pernah mencoba secara sepihak mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel. Maka ini adalah pengkhiatan nyata kepada para pendahulunya.
Pengkhiatan lain adalah pengkhiatan kepada hukum internasional dan berbagai resolusi PBB, khususnya resolusi DK-PBB. Donald Trump menampakkan keangkuhan, seolah Amerika tidak perlu negara lain. Tidak perlu mempedulikan negara-negara dunia lainnya. Maka Donald Trump bisa memutuskan tanpa pertimbangan negara lain, lewat mekanisme yang ada termasuk PBB.
Mungkin pengkhianatan terbesar dan paling berbahaya adalah pengkhianatan kepada perdamaian dunia (world peace) itu sendiri. Kita tahu dan sering dengarkan bahwa isu Palestina Israel menjadi minimal “inspirasi” bagi banyak konflik di dunia. Oleh karenanya kecerobohan dalam menyikapi konflik ini ibarat menumpahkan minyak ke dalam kobaran api yang telah lama membara. Bukan penyelesaian dan perdamaian yang akan terjadi. Tapi kemarahan dan konflik di berbagai kalangan dunia akan semakin menjadi-jadi.
Akhirnya, sering kita dengar pertanyaan di berbagai media barat: “why they hate us?”. Banyak di kalangan dunia barat, dan Amerika bertanya-tanya kenapa banyak orang di dunia Islam memusuhi? Pertanyaan ini kini mendapat jawaban nyata. Kebencian dan permusuhan itu disebabkan oleh ketidak adilan dan kesemena-menaan terhadap umat Islam.
Amerika sejak menduduki Irak, hingga ke peristiwa Libia dan berbagai masalah di Timur Tengah dan dunia Islam telah memperburuk wajahnya di dunia Islam. Barack Obama telah berusaha melakukan “healing” (perbaikan) dengan membangun komunikasi yang baik dengan semua pihak. Tapi dengan sikap Donald Trump imej yang terbangun baik itu kini kembali hancur berantakan. Bukankah itu pengkhianatan yang nyata?
Tapi maukah Donald Trump mengakui? Saya bukan saja ragu. Tapi saya yakin tidak akan karena semua juga tahu siapa yang keras kepala!
New York, 15 Desember 2017
Penulis; Imam Shamsi Ali, tinggal di New York.