Di Indonesia sendiri, China terus berusaha mengelola issue-issue politik dan menjamin keamanan warga negaranya agar terhindar dari kecemasan perilaku dan tindakan yang bersifat represif dari Pribumi. China lakukan pengelolaan issue-issue strategis: kekuasaan politik di Indonesia semata-mata untuk pertahankan upaya “kebangkitan China dan Kepastian Kawat Jalur Sutra”.
Lanjut, Allesandro Alduino (2018) yang diakui oleh para pengamat intelijent melalui testimoni dalam bukunya itu bahwa “upaya BRI China masuk wilayah Indonesia sudah mulai sejak 20 tahun lalu, setelah berakhirnya masa rezim Soeharto. Wilayah pertama dijadikan aneksasi konflik adalah Sipadan-Ligitan dan laut China Selatan. Melalui propaganda militer itulah, sambil mengintip wilayah Indonesia. Tetapi, cara masuk kejantung Indonesia melalui infrastruktur yang memang selama ini menjadi kebutuhan rakyat Indonesia”.
Eliet-elit partai politik sebagai pemegang kekuasaan di Indonesia, harus mampu mengelola issue ini secara baik agar tidak terjerembab pada konflik komunal. Karena sampai hari ini, cukup kuat bangsa ini dan bersyukur belum berhasil untuk membuat Indonesia masuk dalam konflik, seperti apa yang dilakukan China melalui konflik senjata di beberapa negara Islam di dunia.
Sala satu misal Turkistan. Banyak orang tak mengenal negeri Turkistan. Tetapi bagi masyarakat dunia takan akan kenal dengan salah satu negeri Islam yang kemasyhurannya hampir menyamai Andalusia, sangatlah naib. Bukankah nama-nama ilmuwan berasal dari sana? Al-Bukhari, Al-Biruni, Al-Farabi, Abu Ali Ibnu Sina, dan sejumlah tokoh ilmuwan intelektual lainnya yang sampai kini merupakan tokoh-tokoh paling tak terlupakan, berasal dari negeri tersebut.