Entah bagaimana cara pemerintan nanti dapat membayarnya. Apalagi dalam skema ekonomi Covid, Indonesia tampaknya akan terpuruk karena tidak ada persiapan yang memadai menghadapi era digitalisais dan online yang merupakan tools ekonomi saat ini.
Pendapatan Rendah
Mega proyek mega proyek ini tidak banyak menghasilkan multiflier efek terhadap ekononomi. Proyek yang dibiayai dengan utang ini umumnya ditopang oleh barang barang impor, bahan baku impor, besi baja, paku, kawat impor, mesin mesin impor dan bahkan tenaga kerja pun impor.
Proyek-proyek yang dibiayai dengan utang tidak banyak menciptakan kesempatan berusaha bagi UMKM apalagi dalam menopang Pertamian perikanan dan sektor primer lainnya.
Sementara keuntungan yang diperoleh swasta dan BUMN atas proyek-proyek yang dibiayai APBN ini habis untuk membayar utang-utang mereka. Tidak ada yang berputar menjadi darah ekonomi dalam negeri.
Bahkan belakangan ini, suntikan dana pemerintan kepada swasta swasta habis untuk menopang utang utang swasta yang besar. Jadi utang pemerintah ke luar negeri dan ke masyarakat tidak dapat menjadi instrumen dalam menggairahkan ekonomi kembali.
Inilah yang disebut dengan jerat atau perangkap utang yang membuat ekonomi Indonesia tidak bisa kemana mana.
Indonesia tetap sebagai negara berpendapatan rendah dan tidak bisa bayar utangnya. Sekarang siapa bisa tolong? Swasta dan BUMN tak mungkin selamat tanpa pertolongan pemerintah. Sementara pemerintah untuk menolong dirinya sendiri belum tentu bisa? Dari mana uangnya? []
(Penulis: Salamuddin Daeng, Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)