Menyusul banyaknya penangkapan jajaran pimpinan Ikhwanul Muslimin di Mesir, membuat dampak para media kesulitan menghubungi beberapa anggota kelompok tersebut.
Menurut laporan media setempat, sebagian besar anggota Ikhwan tidak menjawab telepon mereka, mereka menghindari penggunaan Internet dan tampaknya sementara ada kebijakan menghilang sementara dari penampilan publik.
Sementara pendukung mereka masih melakukan demonstrasi protes tersebar di seluruh negeri, menantang menuntut kembalinya Presiden Mohammad Mursi.
Tindakan penangkapan telah memaksa petinggi Ikhwan untuk kembali ke aktifitas “bawah tanah,” kembali ke masa tahun-tahun di mana mereka pernah dilarang di Mesir.
Tetapi Ikhwan, yang telah mempertahankan demonstrasi protes di Kairo selama enam minggu lamanya untuk memprotes apa yang mereka dianggap sebagai kudeta militer, kini berjuang kembali untuk mendapatkan dukungan.
“Untuk beberapa hal mereka (Ikhwan) telah berhasil. “kata Khalil Anani, seorang ahli gerakan Islam, kepada Reuters. “Walau untuk jangka pendek Ikhwan telah menerima pukulan kekerasan yang sangat besar,” tambah Anani.
Sejak pasukan keamanan membubarkan secara paksa kamp demonstran yang loyal pada Presiden Mursi di Kairo , dan banyak petinggi Ikhwan telah ditangkap oleh pihak berwenang, dari anggota akar rumput Ikhwan hingga Mursyid Aam Mohammad Badie yang ditangkap pada 20 Agustus lalu , sumber keamanan mengatakan lebih dari 2.000 anggota Ikhwanul Muslimin telah ditangkap dalam 12 hari terakhir, menurut kantor berita AFP.
Tapi akankah tindakan keras secara efektif itu menghancurkan Ikhwan? ini menjadi sebuah pertanyaan besar.
“Sejak Ikhwanul Muslimin dibentuk, kami sering berada di bawah rezim yang menindas dari sebuah pemerintahan monarki hingga diperintah oleh para diktator seperti Gamal Abd el-Nasser, Anwar al-Sadat dan Hosni Mubarak,” ujar Tariq Mursi, seorang juru bicara resmi partai Kebebasan dan Partai Keadilan (FJP).
Sepanjang tahun ini, para pemimpin Ikhwan telah mengalami serangan penganiayaan para militer antek rezim Nasser dan para penerusnya. Ikhwan pernah dilarang pada zaman Mubarak, dan pada zaman itu anggota Ikhwan juga sangat ditekan.
Badie, misalnya, pun pernah dipenjara karena keterlibatannya dengan Ikhwanul Muslimin pada tahun 1965 dan ia adalah teman satu sel nya Sayyid Qutb, penulis Islam yang berpengaruh yang akhirnya dieksekusi oleh pemerintah Nasser.
Rezim sebelumnya tidak pernah berhasil menghancurkan gerakan Ikhwan. Kelompok ini terlalu terikat dengan rakyat Mesir, “kata juru bicara FJP.
“Organisasi ini didasarkan pada hubungan sosial dengan keluarga, tetangga, sekolah, rumah sakit, lembaga dan panti asuhan,” kata Nidal Sakr, seorang analis politik Ikhwanul, kepada Reuters.
“Jika Anda ingin mendekati Ikhwan maka Anda harus mendekati masyarakat,” katanya. “Dalam pengertian, organisasi itu tidak dapat dihentikan.
Namun, karena massa demonstrasi protes pro-Mursi di Kairo dibubarkan, Abdallah Kamal, seorang analis politik Mesir dan mantan anggota Dewan Syura negara mengatakan kepada Al Arabiya Inggris , “Peristiwa baru-baru telah menyebabkan turbulansi pada organisasi Ikhwanul Muslimin, dengan adanya penangkapan jajaran pimpinan pada lapisan pertama dan kedua.
“Saya tidak berpikir (Ikhwanul Muslimin dan pendukung Mursi) akan lanjutkan demonstrasi protes . Mereka akan mundur sejenak , karena mereka tahu demonstrasi protes mereka pada saat ini tidak lagi efektif, seperti yang terjadi pada demonstrasi pada Jumat pekan lalu. Hal ini menunjukkan bahwa penangkapan para tokoh tokohnya telah benar-benar menghentikan gelombang protes, “tambah Kamal.
Mohammed Attia, seorang pengacara bagi Badie, Shater dan Bayoumi, menjelaskan tafsirannya tentang penangkapan massal, ” Mereka ingin mengatakan bahwa para Ikhwan adalah teroris dan mereka menjelek-jelekkan Ikhwan dan para pemimpinnya dengan maksud agar saat isu kudeta mereda, rakyat lah yang akan melawan kelompok Ikhwan,” kata Attia kepada Washington Post. (Arby/Dz)