Pemilu dan Masa Depan AS di Afghanistan

Hamid Karzai kembali memangku jabatan presiden untuk kedua kalinya setelah pesaing terkuatnya mengundurkan diri dan pemilihan putaran kedua dibatalkan. Sejatinya legalisasi pemilihan tersebut harus dipertanyakan karena peserta Pemilu kemarin hanya 20% pemilih dari pemilih potensial.

Pemilihan presiden Afghanistan kali ini juga dipenuhi dengan catatan-catatan kecurangan yang dilakukan beberapa pihak seperti yang sudah diduga sebelumnya oleh para pengamat. Abdullah Abdullah menuduh calon president dari incumbent menggunakan fasilitas Negara termasuk panitia pemilihan untuk meraih suara.

Hamid Karzai yang yang naik karena dukungan Amerika Serikat lima tahun lalu tidak memberikan kepuasan pada Amerika. Hamid Karzai mempunyai catatan yang buruk di mata Amerika. Hubungan Hamid Karzai dengan Amerika Serikat juga tidak terlalu baik meski semua tahu bahwa Hamid Karzai adalah boneka Amerika Serikat. Kini Sang boneka tersebut sudah mulai hidup dan mencari dukungan lain selain Amerika Serikat. Mungkin ini akan menentukan nasib Amerika di Afghanistan kelak.

Pemilu Afghanistan

Abdullah Abdullah mengundurkan diri dari pertarungan putaran kedua dari Pemilu Afghanistan padahal ia adalah saingan terkuat dari Hamid Karzai. Abdullah Abdullah yang berasal dari suku minoritas Tajik dapat mengumpulkan 30% suara. Jika Abdullah dapat bergabung dengan kandidat lain maka ada kemungkinan ia dapat mengalahkan Hamid Karzai di putaran kedua. Abdullah Abdullah mundur dari putaran kedua karena adanya dugaan kecurangan yang dilakukan oleh Hamid Karzai.

Pemilu yang hanya diikuti oleh sekitar 20% Afghanistan tersebut menjadi bahan lelucon bagi pejuang Afghanistan. Pemimpin Hizb I Islami, Qolbuddin Hikmatyar, mencemooh Amerika yang melaksanakan pemilihan Afghanistan ecek-ecek (allvoices.com, 10/10/2009). Ia menambahkan Amerika Serikat yang mengadakan pemilihan itu namun Russia dan Iran yang memperoleh keuntungan dari terpilihnya Karzai.

Dengan dukungan Russia dan Iran, Hamid Karzai tidak perlu terlalu patuh lagi kepada Amerika Serikat. Hal ini tentu akan merugikan Amerika Serikat baik di bidang politik maupun ekonomi. Amerika Serikat tidak akan bisa menguasai minyak dan hasil bumi Afghanistan sepenuhnya seperti lima tahun lalu. Amerika harus berbagi minyak mentah Afghanistan dengan Russia dan Iran.

Amerika tidak mungkin mengalihkan dukungan kepada Abdullah yang sudah mundur atau membuat boneka lain yang dapat menandingi Hamid Karzai. Satu-satunya yang dapat dilakukan AS adalah tetap mendukung Hamid Karzai dengan membangun sebuah boneka lain yang akan dijadikan pemimpin Afghanistan minimal untuk lima tahun ke depan.

Memberikan dukungan kepada Taliban adalah suatu hal yang mustahil bagi Amerika Serikat. Dulu Amerika Serikat juga pernah memberikan dukungan kepada milisi pelajar tersebut namun ketika Taliban telah menduduki kekuasaan Afghanistan, mereka enggan bekerja sama dengan Amerika Serikat. Pembangkangan Taliban membuat Amerika murka. Dengan konspirasi 911, Amerika Serikat menyerang Afghanistan dan dengan mudah menyingkirkan Taliban ke daerah pelosok Afghanistan. Belakangan kita ketahui, Taliban menolak enam posisi Gubernur untuk Taliban. Taliban hanya mau berbicara perdamaian jika Amerika Serikat mundur dari Afghanistan.

Kini Taliban telah menguasai lebih 70 % dari wilayah Afghanistan. Beberapa hari yang lalu, pejuang Taliban berhasil menduduki Provinsi Nuristan yang strategis dan berbatasan dengan Pakistan. Beberapa pemimpin Taliban juga telah menyurati perusahaan minyak terbesar China Shanghai Company Oil (SCO). Mereka menjanjikan beberapa ladang minyak ke perusahaan minyak China tersebut dan tentu perusahaan tersebut harus memberikan dukungan terhadap perjuangan Taliban. Jika lobi Taliban ini berhasil kedudukan Amerika Serikat menjadi sangat terjepit dengan kehadiran salah satu musuh mereka di Afghanistan.
Pasukan Amerika Serikat yang didukung oleh sekutunya mulai tertekan dengan serangan-serangan Taliban yang makin hari makin gencar. Bulan ini menjadi bulan berdarah bagi pasukan Amerika Serikat karena puluhan tentara dan dua helicopter menjadi korban serangan Taliban.

Dengan situasi seperti ini, Amerika Serikat tidak akan berlama-lama di Afghanistan. Dukungan publik Amerika dan sekutu-sekutunya telah berkurang. Semua negara yang mengirimkan pasukan ke Afghanistan menolak untuk menambah jumlah pasukan kecuali Inggris. Obama juga ragu-ragu dalam menambah pasukan Amerika Serikat di negeri Mullah ini padahal menurut panglima perang AS di Afghanistan, AS sangat membutuhkan pasukan lebih banyak lagi di Afghanistan.

Bisa jadi suatu saat Hamid Karzai sendirilah yang meminta AS untuk keluar dari Afghanistan karena sudah mendapat dukungan Russia dan Iran. Amerika akan menarik diri dari Afghanistan seperti Uni Soviet dua dekade lalu. Kalau dulu AS mendukung Afghanistan mengusir Soviet, kini Amerika Serikat akan terusir dari Afghanistan dengan dukungan dari Rusia.

Andri Faisal, Pemerhati Dunia Islam.