Pelaksanaan pemilu ini berlangsung dalam suasana perekonomian yang morat-marit, dimana harga-harga kebutuhan seperti minyak tanah, gula pasir, garam, beras, dan sayuran, melambung tinggi.
Situasi ini tak urung mengundang protes keras dari partai-partai politik kepada pemerintah pada masa itu supaya segera menurunkan harga-harga.
Secara anggaran Pemilu 1955 juga cukup berat, karena sebelumnya, pada bulan April 1955, diselenggarakan pula Konferensi Asia-Afrika. Sebuah perhelatan internasional dengan biaya besar.
Di sisi lain situasi sosial pada masa itu tidak pula cukup kondusif, dimana di beberapa daerah mulai muncul bibit-bibit ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat.
Tingginya tingkat buta huruf di masyarakat juga merupakan persoalan tersendiri.